Isa dan Islam


Ada sebuah situs seberang,
Yang berusaha menyesatkan orang Islam
Karena itu dia memakai nama Isa dan Islam
Kata orang sich, dia menerapkan jurus merpati berkepala ular
          
What mean?
Yah, begitulah tipikal sebagian kristener
Terlihat jinak seperti merpati,
tetapi sebenarnya,
ular berbisa yang siap mematuk mangsanya

Jadi?
Gebuk saja!

What!?
Ya iya lah,
Karena ular adalah binatang terkutuk (menurut kitab Bibel)
Dan kitab itu pula mengajarkan agar kita mengambil teladan
dari si ular terkutuk!
Aneh bukan?!

Dan aneh bin ajaib!
Hanya karena seekor ular,
Ada ajaran dosa warisan yang irasional

Hanya karena seekor ular,
Ada ajaran penebusan dosa yang amoral

Hanya karena seekor ular,
Ada ajaran bahwa Tuhan dilahirkan, diperanakkan, 
tetapi tidak diciptakan/ dijadikan

Hanya karena seekor ular,
Ada ajaran adanya Tuhan Bapak dan Tuhan Anak
tetapi menolak adanya Bapak Tuhan dan Anak Tuhan (biologis)

Hanya karena seekor ular,
Ada ajaran bahwa Tuhan Anak bunuh diri,
yaitu rela mati untuk menebus dosa manusia

Hanya karena seekor ular,
Ada banyak (manusia?) yang menanggalkan akal sehat,
sehingga percaya ajaran tersebut, meskipun selalu diliputi kebingungan, pertentangan antara akal dan iman!

Ajib, ajib,

Ya Allah, lindungi diriku dari menanggalkan akal sehat,
karena saya tahu, akal adalah anugrah yang sangat bernilai
bagi manusia, sehingga berbeda dengan hewan

Ya Allah, amantubillah, kuatkanlah keimananku,
iman yang selaras dengan akal sehat, bukan iman yang harus menanggalkan akal sehat

Dan, sembuhkan mereka yang sedang sakit perasaan,
yaitu mereka yang tidak merasa bahwa dirinya telah kehilangan akal sehat, sehingga menganggap wajar ada Tuhan yang rela mati hanya karena seekor ular,
alias Tuhan membayar tebusan kepada ... seekor ular !?



Next: Isa dan Islam: Jalan Lurus !

Viacheslav Polosin, Pastor Gereja Ortodoks Rusia - pun Jadi Muslim


Viacheslav Polosin adalah seorang pastor yang masuk dalam jajaran pejabat tinggi di Gereja Ortodoks Rusia.
Pria kelahiran Moskow, 26 Juni 1956 ini, mulai bekerja untuk Gereja Ortodoks pada 1980 sebagai seorang "Reader" (bertanggungjawab membacakan kutipan-kutipan kitab suci dalam peribadatan).

Lulus dari Universitas Moskow, Fakultas Filsafat, Jurusan Sosiologi pada 1978, ia kemudian belajar teologi di sebuah seminari di Moskow. Lulus dari sana pada 1983, Polosin ditunjuk sebagai diaken (mengerjakan tugas-tugas pelayananan gereja), dan kemudian diangkat menjadi pastor.

Polosin bertugas menjadi pastor di sejumlah paroki di kawasan Asia Tengah sampai tahun 1985. Ia pernah menjadi kepala gereja di Kota Dushanbe, tapi kemudian dideportasi dari wilayah itu oleh otoritas pemerintahan Soviet karena dinilai membangkang pemerintahan komunis Soviet. Ia lalu bekerja sebagai penerjemah paruh waktu di Departemen Penerbitan Kantor Keuskupan di Moskow.

Juni 1988, ketika penindasan terhadap agama oleh pemerintah Soviet mulai reda, Polosin kembali menjadi pendeta di sebuah gereja baru yang nyaris roboh di kota Obninsk, wilayah Kaluzhsky. Ia menjalankan tugasnya sebagai pendeta hingga dipromosikan menjadi imam agung pada 1990.

Perjalanan 'karir' Polosin sebagai pemuka agama tak berhenti di situ. Pada bulan Maret 1990, ia terpilih sebagai deputi dan anggota Mahkamah Soviet Federasi Rusia, mewakili wilayah Kaluzhsky. Ia menjadi Ketua Bidang Kebebasan Beragama hingga tahun 1993, dan selama itu berperan dalam pembuatan undang-undang tentang Kebebasan Beragama.

Sejak 1990, Polosin ikut serta dalam pendirian gerakan Kristen Demokratik di Rusia dengan menjadi pengurus di gerakan itu hingga 1993. Pada saat yang sama, ia menyelesaikan studinya di Akademi Diplomatik Kementerian Luar Negeri Rusia dan mendapat gelar MA untuk bidang ilmu politik.
Aktif berpolitik, Polosin meninggalkan kegiatan gereja sejak 1991 lantaran sulit membagi waktu untuk aktivitas di bidang politik dan agama.

Setelah Mahkamah Soviet dibubarkan pada 1993, Polosin menolak tawaran untuk kembali berkegiatan di gereja sebagai pendeta.
Ia memilih menjadi konsultan paruh waktu bagi Departemen Hubungan Internal Gereja dan menjadi penasehat bagi pemerintahan negara bagian Duma yang tergabung dalam Komite Asosiasi Publik dan Organisasi Keagamaan.

Setelah berhasil mempertahankan tesis "Dialectics of a Myth and Political Myth Creation" ia meraih gelar setara PhD pada 1999. Setelah itu, ia banyak menulis artikel bertema keagamaan dan isu-isu agama-politik.

Salah satu buku karyanya adalah "Myth Religion State" yang mengupas tentang pengaruh mitos penciptaan pada perkembangan politik di masyarakat, serta keuntungan-keuntungan ideologi monoteistik untuk membangun sebuah negara.

Masih di tahun 1999, Polosin membuat pengumuman yang mengejutkan. Ia dan istrinya kembali ke monoteisme dan memeluk Islam. Keputusan besar itu ia tandai dengan menggunakan nama islami “Ali” di depan namanya.

Setelah masuk Islam, Polosin terpilih sebagai salah satu ketua sebuah gerakan sosial dan politik komunitas Muslim di Rusia, Refakh. Ia juga menjadi pemimpin redaksi Muslim Newspaper yang diterbitkan pada 1999. Pada 2003, Polosin terpilih sebagai Presiden Persatuan Wartawan Muslim di Rusia, serta menjadi penasehat di Dewan Mufti Rusia. [REPUBLIKA.CO.ID]

Kerajaan Allah, Impian setiap Kristen yang Telah dinikmati Muslim


Setiap orang Kristen pasti sangat mendambakan masuk kedalam Kerajaan Allah. Demikian pula dalam Alkitab banyak sekali disebutkan perumpamaan tentang Kerajaan Allah. 

Kita ambil contoh, misalnya dalam Markus 4:31-32
Terjemahan Baru
Bahasa Indonesia
Sehari Hari
English [Amplified]
(31) Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi.
(31) Apabila Allah memerintah, keadaannya seperti perumpamaan ini: Sebuah biji sawi diambil seseorang lalu ditanam di tanah. Biji sawi adalah benih yang terkecil di dunia.
(31) It is like a grain of mustard seed, which, when sown upon the ground, is the smallest of all seeds upon the earth;
(32) Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya."
(32) Tetapi kalau sudah tumbuh, ia menjadi yang terbesar di antara tanaman-tanaman. Cabang-cabangnya sedemikian rindang sehingga burung-burung dapat datang, dan membuat sarang di bawah naungannya."
(32) Yet after it is sown, it grows up and becomes the greatest of all garden herbs and puts out large branches, so that the birds of the air are able to make nests and dwell in its shade.

Lantas dimanakah Kerajaan Allah itu? Atau dari bangsa apakah Kerajaan Allah akan diwujudkan? Apakah dari bangsa Yahudi?
ternyata Tidak!

Kerajaan Allah telah diambil dari bangsa Yahudi, keselamatan yang semula datang dari bangsa Yahudi (lihat Yohanes 4:22), hak istimewa itu telah dicabut dan diberikan kepada bangsa lain. 



Hal ini telah dinubuatkan oleh Yesus dalam Matius 21:43
(43) Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.
(43) "Jadi ingatlah," kata Yesus, "semua hak sebagai umat Allah akan dicabut daripadamu dan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menjalankan perintah-perintah Allah.
(43) I tell you, for this reason the kingdom of God will be taken away from you and given to a people who will produce the fruits of it.

Ya, Kerajaan Allah telah diberikan kepada seluruh bangsa di belahan bumi manapun (sesuai nubuat Yesus di atas) melalui bangsa Arab dalam wujud agama Islam. Batu penjuru telah dipasang, istana yang dibangun oleh para nabi sebelum nabi Muhammad SAW menjadi lengkap, indah dan sempurna.

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Permisalanku dan permisalan para nabi adalah seperti sebuah istana yang bangunannya indah dan ditinggalkan satu tempat batu bata. Maka orang-orang pun berkeliling melihatnya, lalu mereka kagum terhadap keindahan bangunannya kecuali tempat batu bata tersebut. Mereka tidak mencela selain itu. Maka aku adalah tempat batu bata tersebut, telah  ditutup para rasul dengan diutusnya aku." (HR. Ibnu Hibban no. 6406; Ahmad, 5/136, At-Tirmidzi: 3613, Muslim 4237-4240Al-Bukhari 3271).

Warga Kerajaan Allah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi

Allah berfirman (yang artinya):
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Ahzab 33:40).
Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiyaa' 21:107).
Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan kepada seluruh umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Saba' 34:28).
Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. Al-Fath 48:29).

Ya, Kerajaan Allah adalah agama Islam sebagai kelanjutan dari agama Yahudi dan Nasrani/ Kristen, sebagai wasiat Ibrahim, sekaligus sebagai koreksi atas penyimpangan kedua agama tersebut.
Allah berfirman:
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (QS. Al-Baqarah 2:132).
Sungguh, Al-Qur'an ini menjelaskan kepada bani lsrail sebagian besar dari (perkara) yang mereka perselisihkan. (QS. An-Naml 27:76).
Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan batu ujian terhadap kitab-kitab itu… (QS. Al-Maa'idah 5:48).
Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi) dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai tuhan(666) selain Allah, dan (juga mempertuhankan) Al-Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Dia dari apa yang mereka persekutukan. (QS. At-Taubah 9:31).
(666). Mereka mematuhi ajaran-ajaran orang-orang alim dan rahib-rahib mereka dengan membabi buta, biarpun orang-orang alim dan rahib-rahib itu menyuruh membuat maksiat atau mengharamkan yang halal.

Ya, Kerajaan Allah adalah agama Islam sebagai wujud Kerajaan Allah yang telah diambil dari bangsa Yahudi dan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah kerajaan itu, yakni ketaatan para pemeluknya dalam menjalankan perintah-perintah Allah untuk berbuat kebaikan (lihat Matius 21:43 di atas).


Warga Kerajaan Allah di Russia (foto: Sergei Savostyanov)

Ya, Kerajaan Allah adalah agama Islam karena hanya agama Islam saja yang mengajarkan agar kita teguh patuh taat pada syariah/ hukum-hukum Allah dan sangat menekankan pentingnya perbuatan baik supaya selamat dunia dan akhirat.  
Allah berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisaa' 4:59).
Wahai orang-orang yang beriman!  Ruku'lah kamu, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebaikan, agar kamu beruntung. (QS. Al-Hajj 22:77).
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi yang telah (diciptakan Allah) dengan baik dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat baik. (QS. Al-A'raf 7:56). 
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya. (QS. Al-Kahfi 18:7).

Ya, orang-orang yang bersama/ pengikut Nabi Muhammad shalallaahu 'alaihi wa sallam memang selalu siap menjaga Kerajaan Allah sehingga dalam tempat, situasi, kondisi dan dengan aturan tertentu akan bersikap keras terhadap orang kafir. 

Dan sungguh, perbuatan menyekutukan apalagi ingkar kepada Allah, adalah sangat dibenci oleh Allah, Malikinnas, Raja seluruh manusia dibelahan bumi manapun (baik yang mengakui atau pun tidak). 

Bukankan banyak sekali tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta, disekitar kita yang bisa kita lihat, kita rasakan dengan panca indera kita?
Bukankah manusia telah diberi begitu banyak kenikmatan di dunia ini, baik secara gratis atau melalui usaha kita?

Kenapa tidak menggunakan akal budi kita untuk mensyukuri nikmat yang sangat banyak yang telah diberikan oleh Allah kepada kita? 
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:  
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal. (QS. Ali Imran 3:190). 
Dan Dia telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir. (QS. Al-Jaatsiyah 45:13).  
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni segala (dosa) yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisaa' 4:48).  
Sesungguhnya orang-orang yang kafir, kepada mereka (pada hari kiamat) diserukan: "Sungguh kebencian Allah (kepadamu) lebih besar daripada kebencianmu kepada dirimu sendiri, ketika kamu diseru untuk beriman lalu kamu kafir. (QS. Al-Mu'min 40:10).

Ya, hendaknya menilai sikap keras/ tegas kami orang muslim adalah sebagai rasa sayang kami kepada sesama umat manusia supaya anda menjadi orang yang bahagia di dunia dan terutama di akhirat kelak.

Karena itu, sifat keras/ tegas kami adalah sangat bermakna positif, jauh sekali dari makna negatif, apalagi bila menganggap Islam adalah teroris.
  
Hal tersebut karena Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: 
"Barang siapa yang membunuh jiwa yang mu'ahad (orang kafir yang memiliki perjanjian damai dengan kaum muslimin), maka tidak akan mencium aroma surga, padahal aroma surga dapat tercium dari jarak perjalanan selama empat puluh tahun" (HR. Al-Bukhari: 6914).

Demikian juga jiwa seorang muslim adalah sungguh sangat berharga, mengingat sabda Nabi Muhammad shalallaahu 'alaihi wa sallam, bahwa: 
"Hilangnya dunia beserta isinya sungguh lebih ringan di sisi Allah daripada terbunuhnya seorang muslim secara tidak benar." (HR. At-Tirmidzi:1395; An-Nasa'i: 3998 dan Ibnu Majah: 2668).

Ya, bagi orang muslim kehidupan akhirat adalah lebih utama karena bersifat kekal abadi selamanya, dimana sudah tidak ada pilihan di dalamnya, yang ada tinggal ketentuan bagi masing-masing diri kita, apakah langsung masuk surga atau mampir dulu ke neraka.

Muslim memandang kehidupan di dunia ini adalah sebagai satu-satunya periode, periode yang sebaik-baiknya untuk mencari bekal bagi kehidupan di akhirat.

Dan, disinilah keindahan Islam sebagai wujud Kerajaan Allah di dunia ini, yaitu Islam mengajarkan keimanan yang aktif, rasional, yang sangat sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk yang berakal budi. Bukan keimanan pasif dan irrasional yang hanya sekedar percaya dan bahkan mempercayai suatu dogma bahwa dosanya telah ditebus oleh seseorang.

Bukankah untuk mencapai taraf kehidupan yang baik di dunia ini, kita pun memerlukan usaha keras tak kenal lelah?

Lantas bagaimana untuk memperoleh Surga yang pada tingkat terendah pun memiliki 10 kali lipat keindahan seluruh dunia beserta isinya?

Ya benar, tentu saja pertama harus percaya pada Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang benar, dan secara aktif beribadah kepada-Nya. Karena itu, waktu adalah sangat berharga bagi seorang muslim.

Adalah suatu kebahagiaan yang sangat besar bila dapat mengisi setiap detik kehidupan dengan beribadah kepada Allah, baik ibadah secara langsung atau melalui setiap perbuatan baik kepada sesama manusia dan diri pribadi.


Warga Kerajaan Allah di China

Dan itulah kebahagiaan yang sejati, kebahagiaan yang tidak terputus, kebahagiaan di atas kebahagiaan, karena dibangun berdasarkan keimanan yang rasional dan mengarah pada suatu tujuan yang sangat besar, yakni memperoleh rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala, di dunia dan di akhirat.

Bukan suatu kebahagiaan biasa yang timbul setelah kita mencapai suatu tujuan atau target tertentu, apalagi kebahagiaan semu yang sesaat didapat lantas dilupakan.

Dan sungguh, Islam mengajarkan konsep surga dan neraka dengan sangat jelas, sejelas dalam membedakan siapa Tuhan yang benar untuk disembah, dibandingkan dengan tuhan-tuhan buatan manusia.

Allah berfirman:
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al-Masih putera Maryam." Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi kesemuanya?." Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Maa'idah 5:17).
Sungguh, telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam." Padahal Al-Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu." Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu. (QS. Al-Maa'idah 5:72).
Yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka. (QS. An-Nisaa' 4:117).
Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya sendiri pun (berhala-berhala) itu tidak dapat memberi pertolongan. (QS. Al-A'raaf 7:192).

Allah juga berfirman:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka. (.QS. Ali Imran 3:10)
Sungguh, Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera. (QS. Al-Hajj 22: 23).

Walaupun demikian, hal itu adalah pilihan anda karena:
Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa yang ingkar kepada thaghut (yang disembah selain Allah) dan beriman kepada Allah, maka sungguh ia telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah 2:256).

Tetapi karena telah jelas jalan yang benar yaitu Islam, maka jangan sampai anda salah pilih, memilih yang salah atau pun anda memilih untuk tidak memilih (ateis).

Dan bila anda tetap lebih suka memilih yang salah atau pun ateis (mempertuhankan diri sendiri/ hawa nafsu), maka:
Lakum diinukum waliyadiin/ Untukmu agamamu, dan untukku agamaku. (QS. Al-Kafirun 109:6).

Dan harap maklum, karena semua itu berdasarkan pilihan anda, maka hendaknya jangan mempertanyakan apalagi menyalahkan Tuhan karena menciptakan Neraka, karena itu bisa jadi adalah untuk memenuhi pilihan yang memilihnya.  
Semoga itu bukan pilihan Anda!

Adapun bagi yang salah pilih, semoga Allah mengampuni dosa dirinya karena sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan semoga tidak larut, membiarkan diri dalam kondisi salah pilih karena Allah sangat menganjurkan agar kita selalu meningkatkan pengetahuan diri kita.

Ya, Allah adalah Tuhan Yang Maha Mengetahui, sehingga sangat menghargai akal budi manusia, demikian pula hukum Islam hanya berlaku bagi orang yang berakal.

Ya, orang-orang yang bersama/ pengikut Nabi Muhammad shalallaahu 'alaihi wa sallam memang harus saling mencintai, saling berkasih sayang, karena sesama mukmin adalah saudara.
 
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui. (QS. At-Taubah 9:11
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al-Hujuraat 49:10).

Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Perumpamaan kaum mukminin dalam hal cinta-mencintai, sayang menyayangi dan bahu membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuh yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam (HR. Muslim: 2586; HR. Al-Bukhari: 6011; HR. Ahmad: IV/270).
Seorang mukmin dengan mukmin lainnya seperti satu bangunan yang tersusun rapi, sebagiannya menguatkan bagian yang lain; Dan beliau merekatkan jari jemarinya (HR. Al-Bukhari: 481;2446;6026; HR. Muslim: 2585; dan HR. At-Tirmidzi:1928).
Barang siapa menghilangkan satu kesulitan seorang mukmin dari kesulitan-kesulitan dunia, maka Allah akan menghilangkan kesulitan darinya dari kesulitan-kesulitan di hari Kiamat. Dan barang siapa memudahkan urusan seorang mukmin, maka Allah akan memudahkan urusanya di dunia dan di akhirat. Dan barang siapa yang menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya…(HR. Muslim: 2699).

Ya, kami adalah kombinasi antara sifat keras/ tegas dan kelembutan karena muslim adalah umat yang sangat menjunjung tinggi tidak hanya kasih sayang tetapi lebih dari itu, yakni kebenaran dan keadilan.
Allah Ta'ala berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau ibu-bapak dan kaum kerabatmu… (QS. An-Nisaa' 4:135).
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. An-Nahl 16:90).
Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu jadi penegak keadilan karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Maa'idah 5:8).

Ya, tunas yang telah menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; pertumbuhan agama Islam yang tercepat dari seluruh agama yang ada di dunia memang sangat menjengkelkan hati para misionaris, para pewarta kristen karena berlawanan dengan keinginan mereka, mengingat begitu gigih usaha mereka untuk menyebarkan agama Kristen sekaligus menghambat laju agama Islam dalam beragam cara dan metoda. 

Ya, janganlah ikuti kejengkelan mereka, tetapi pelajari agama Islam dengan benar melalui media yang benar. Buanglah dahulu prasangka buruk tentang Islam yang telah ditanamkan sejak sekolah minggu, dalam pengajaran gereja, dan lain-lain.

Sungguh, bila anda mengikuti mereka, maka di hari yang penyesalan tiada guna, pada hari Kiamat kelak, anda bahkan akan saling berbantahan dengan mereka, seperti di bawah ini:
Anda: "Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman"
Mereka: "Kamikah yang telah menghalangi kamu dari petunjuk sesudah petunjuk itu datang kepadamu? (Tidak!) sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berdosa."
Anda: "(Tidak!) sebenarnya tipu daya(mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya."
Kedua belah pihak menyatakan penyesalan ketika mereka melihat azab. Dan kami pasangkan belenggu di leher orang-orang yang kafir. Mereka tidak dibalas melainkan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (lihat: QS. Saba' 34:31-33).

Ya, sebesar apapun usaha mereka dalam memerangi agama Islam, pada akhirnya agama Islam yang menang.
Allah Ta'ala berfirman:
Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, untuk memenangkannya di atas segala agama meskipun orang-orang musyrik membencinya. (QS. Ash-Shaff 61:9)
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan; dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah; maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima taubat. (QS. An-Nashr 110:1-3).

Ya, kembalilah pada Islam karena setiap manusia dilahirkan dalam keadaan bertauhid, dalam keadaan Islam.
Allah Ta'ala berfirman:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Ar-Ruum 30:30).
Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (HR. Al-Bukhari: 1358; Muslim: 2658; Ahmad: II/233).

Ya, kembalilah pada Islam, karena hanya Islam satu-satunya agama yang sempurna dan diridhai Allah Ta'ala.
Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu. (QS. Al-Maa'idah 5:3).
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al-Qur'an) kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS. Ali Imran 3:19).

Ya, kembalilah pada Islam, masuklah dalam Kerajaan Allah yang ada di dunia ini sebagai jaminan untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah di alam akhirat.
Maha Suci Allah yang menguasai segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Mulk 67:1).
Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi; milik-Nya semua kerajaan dan bagi-Nya (pula) segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. At-Taghaabun 64:1).
Dan apabila kamu melihat (keadaan) di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar. (QS. Al-Insaan 76:20).

Ya, kembalilah pada Islam, masuklah dalam Kerajaan Allah yang pintunya sangat lebar dan juga telah terbuka sangat lebar (sehingga tidak perlu repot "mengetuk pintu" atau bahkan mencari "penjaga pintu").

Sungguh, demi Allah saya bersumpah melalui kemuliaan firman-Nya:  Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imran 3:85).  Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya sedikit pun. (QS. An-Nisaa' 4:124).

Ya, marilah kita bersegera memenuhi panggilan Allah dan rasul-Nya, mengingat sangat terbatasnya umur kita dan setiap saat malaikat maut bisa menjemput.

Hendaknya kita menghindarkan diri kita menjadi bagian dari orang-orang yang Rest In Problem.

Hendaknya kita berusaha untuk menjadi bagian dari orang-orang yang akan memperoleh sambutan yang sangat menyenangkan, mendengar seruan yang sangat menyejukkan jiwa dan raga, seruan yang telah difirmankan oleh Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, (QS. Al-Fajr 89: 27-30):

Wahai jiwa yang tenang
Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya
Masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku
Masuklah ke dalam Surga-Ku

MasyaAllah,
Laa hawla wa laa 
quwwata illa billaah
Semoga Allah senantiasa membimbing kita di atas jalan yang lurus, yakni agama yang benar, agama Islam, 
penerus agama Ibrahim, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik.
Amin, amin, amin
Alhamdulillahirabbil'alamiin


Wassalam
Isha Merdeka

Dr. Jeffrey Lang

Dr. Jeffrey Lang: kalah ‘melawan’ Al-Qur’an, ia menerima Islam


Sejak kecil Dr. Jeffrey Lang dikenal ingin tahu. Ia kerap mempertanyakan logika sesuatu dan mengkaji apa pun berdasarkan perspektif rasional. “Ayah, surga itu ada?” tanya Jeffrey kecil suatu kali kepada ayahnya tentang keberadaan surga, saat keduanya berjalan bersama anjing peliharaan mereka di pantai. Bukan suatu kejutan jika kelak Jeffrey Lang menjadi profesor matematika, sebuah wilayah dimana tak ada tempat selain logika.

Saat menjadi siswa tahun terakhir di Notre Dam Boys High, sebuah SMA Katolik, Jeffrey Lang memiliki keberatan rasional terhadap keyakinan akan keberadaan Tuhan. Diskusi dengan pendeta sekolah, orangtuanya, dan rekan sekelasnya tak juga bisa memuaskannya tentang keberadaan Tuhan. “Tuhan akan membuatmu tertunduk, Jeffrey!” kata ayahnya ketika ia membantah keberadaan Tuhan di usia 18 tahun.

Ia akhirnya memutuskan menjadi atheis pada usia 18 tahun, yang berlangsung selama 10 tahun ke depan selama menjalani kuliah S1, S2, dan S3, hingga akhirnya memeluk Islam.

Adalah beberapa saat sebelum atau sesudah memutuskan menjadi ateis, Jeffrey Lang 
mengalami sebuah mimpi. Berikut penuturan Jeffrey Lang tentang mimpinya itu:
Kami berada dalam sebuah ruangan tanpa perabotan. Tak ada apa pun di tembok ruangan itu yang berwarna putih agak abu-abu.
Satu-satunya ‘hiasan’ adalah karpet berpola dominan merah-putih yang menutupi lantai. Ada sebuah jendela kecil, seperti jendela ruang bawah tanah, yang terletak di atas dan menghadap ke kami. Cahaya terang mengisi ruangan melalui jendela itu.
Kami membentuk deretan. Saya berada di deret ketiga. Semuanya pria, tak ada wanita, dan kami semua duduk di lantai di atas tumit kami, menghadap arah jendela.
Terasa asing. Saya tak mengenal seorang pun. Mungkin, saya berada di Negara lain. Kami menunduk serentak, muka kami menghadap lantai. Semuanya tenang dan hening, bagaikan semua suara dimatikan. Kami serentak kami kembali duduk di atas tumit kami. Saat saya melihat ke depan, saya sadar kami dipimpin oleh seseorang di depan yang berada di sisi kiri saya, di tengah kami, di bawah jendela. Ia berdiri sendiri. Saya hanya bisa melihat singkat punggungnya. Ia memakai jubah putih panjang. Ia mengenakan selendang putih di kepalanya, dengan desain merah. Saat itulah saya terbangun.

Sepanjang sepuluh tahun menjadi ateis, Jeffrey Lang beberapa kali mengalami mimpi yang sama. Bagaimanapun, ia tak terganggu dengan mimpi itu. Ia hanya merasa nyaman saat terbangun. Sebuah perasaan nyaman yang aneh. Ia tak tahu apa itu. Tak ada logika di balik itu, dan karenanya ia tak peduli kendati mimpi itu berulang.

Sepuluh tahun kemudian, saat pertama kali memberi kuliah di University of San Fransisco, dia bertemu murid Muslim yang mengikuti kelasnya. Tak hanya dengan sang murid, Jeffrey pun tak lama kemudian menjalin persahabatan dengan keluarga sang murid. Agama bukan menjadi topik bahasan saat Jeffrey menghabiskan waktu dengan keluarga sang murid. Hingga setelah beberapa waktu salah satu anggota keluarga sang murid memberikan Alquran kepada Jeffrey.

Kendati tak sedang berniat mengetahui Islam, Jeffrey mulai membuka-buka Alquran dan membacanya. Saat itu kepalanya dipenuhi berbagai prasangka.

“Anda tak bisa hanya membaca Alquran, tidak bisa jika Anda tidak menganggapnya serius. Anda harus, pertama, memang benar-benar telah menyerah kepada Alquran, atau kedua, ‘menantangnya’,” ungkap Jeffrey.

Ia kemudian mendapati dirinya berada di tengah-tengah pergulatan yang sangat menarik. “Ia (Alquran) ‘menyerang’ Anda, secara langsung, personal. Ia (Alquran) mendebat, mengkritik, membuat (Anda) malu, dan menantang. Sejak awal ia (Alquran) menorehkan garis perang, dan saya berada di wilayah yang berseberangan.”

“Saya menderita kekalahan parah (dalam pergulatan). Dari situ menjadi jelas bahwa Sang Penulis (Alquran) mengetahui saya lebih baik ketimbang diri saya sendiri,” kata Jeffrey. Ia mengatakan seakan Sang Penulis membaca pikirannya. Setiap malam ia menyiapkan sejumlah pertanyaan dan keberatan, namun selalu mendapati jawabannya pada bacaan berikutnya, seiring ia membaca halaman demi halaman Alquran secara berurutan.

“Alquran selalu jauh di depan pemikiran saya. Ia menghapus aral yang telah saya bangun bertahun-tahun lalu dan menjawab pertanyaan saya.” Jeffrey mencoba melawan dengan keras dengan keberatan dan pertanyaan, namun semakin jelas ia kalah dalam pergulatan. “Saya dituntun ke sudut di mana tak ada lain selain satu pilihan.”

Saat itu awal 1980-an dan tak banyak Muslim di kampusnya, University of San Fransisco. Jeffrey mendapati sebuah ruangan kecil di basement sebuah gereja di mana sejumlah mahasiswa Muslim melakukan shalat. Usai pergulatan panjang di benaknya, ia memberanikan diri untuk mengunjungi tempat itu.

Beberapa jam mengunjungi di tempat itu, ia mendapati dirinya mengucap syahadat. Usai syahadat, waktu shalat dzuhur tiba dan ia pun diundang untuk berpartisipasi. Ia berdiri dalam deretan dengan para mahasiswa lainnya, dipimpin imam yang bernama Ghassan. Jeffrey mulai mengikuti mereka shalat berjamaah.

Jeffrey ikut bersujud. Kepalanya menempel di karpet merah-putih. Suasananya tenang dan hening, bagaikan semua suara dimatikan. Ia lalu kembali duduk di antara dua sujud.
“Saat saya melihat ke depan, saya bisa melihat Ghassan, di sisi kiri saya, di tengah-tengah, di bawah jendela yang menerangi ruangan dengan cahaya. Dia sendirian, tanpa barisan. Dia mengenakan jubah putih panjang. Selendang (scarf) putih menutupi kepalanya, dengan desain merah.”

“Mimpi itu! Saya berteriak dalam hati. Mimpi itu, persis! Saya telah benar-benar melupakannya, dan sekarang saya tertegun dan takut. Apakah ini mimpi? Apakah saya akan terbangun? Saya mencoba fokus apa yang terjadi untuk memastikan apakah saya tidur. Rasa dingin mengalir cepat ke seluruh tubuh saya. Ya Tuhan, ini nyata! Lalu rasa dingin itu hilang, berganti rasa hangat yang berasal dari dalam. Air mata saya bercucuran.”

Ucapan ayahnya sepuluh tahun silam terbukti. Ia kini berlutut, dan wajahnya menempel di lantai. Bagian tertinggi otaknya yang selama ini berisi seluruh pengetahuan dan intelektualitasnya kini berada di titik terendah, dalam sebuah penyerahan total kepada Allah SWT.
Jeffrey Lang merasa Tuhan sendiri yang menuntunnya kepada Islam. “Saya tahu Tuhan itu selalu dekat, mengarahkan hidup saya, menciptakan lingkungan dan kesempatan untuk memilih, namun tetap meninggalkan pilihan krusial kepada saya,” ujar Jeffrey kini.

Jeffrey kini professor jurusan matematika University of Kansas dan memiliki tiga anak. Ia menulis tiga buku yang banyak dibaca oleh Muslim AS:  Struggling to Surrender (Beltsville, 1994); Even Angels Ask (Beltsville, 1997); dan Losing My Religion: A Call for Help (Beltsville, 2004). Ia memberi kuliah di banyak kampus dan menjadi pembicara di banyak konferensi Islam.

Ia memiliki tiga anak, dan bukan sebuah kejutan anaknya memiliki rasa keingintahuan yang sama. Jeffrey kini harus menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang sama yang dulu ia lontarkan kepada ayahnya. Suatu hari ia ditanya oleh anak perempuannya yang berusia delapan tahun, Jameelah, usai mereka shalat Ashar berjamaah. “Ayah, mengapa kita shalat?”

“Pertanyaannya mengejutkan saya. Tak sangka berasal dari anak usia delapan tahun. Saya tahu memang jawaban yang paling jelas, bahwa Muslim diwajibkan shalat. Tapi, saya tak ingin membuang kesempatan untuk berbagi pengalaman dan keuntungan dari shalat. Bagaimana pun, usai menyusun jawaban di kepala, saya memulai dengan, ‘Kita shalat karena Tuhan ingin kita melakukannya.’

“Tapi kenapa, ayah, apa akibat dari shalat?” Jameela kembali bertanya. “Sulit menjelaskan kepada anak kecil, sayang. Suatu hari, jika kamu melakukan shalat lima waktu setiap hari, saya yakin kamu akan mengerti, namun ayah akan coba yang terbaik untuk menjawab pertanyaan kamu.” (Sumber: Islam.thetruecall.com by REPUBLIKA.CO.ID).






Robert Dickson Crane

Robert Dickson Crane :  penasihat Presiden Nixon - terpesona dengan Shalat

Berbagai posisi penting dalam pemerintahan Amerika Serikat pernah ditempati Robert Dickson Crane. Dia pernah menjabat sebagai penasihat politik luar negeri untuk Presiden AS ke-37, Richard Nixon dari tahun 1963 sampai 1968.  Dan untuk waktu yang sangat singkat menjabat wakil direktur perencanaan Dewan Keamanan Nasional pada masa pemerintahan Nixon, serta menjadi duta besar untuk Uni Emirat Arab (UEA) di masa pemerintahan Presiden Ronald Reagan.  Setelah memeluk Islam, lelaki kelahiran Cambridge, Massachusetts, AS, 26 Maret 1929 ini lebih banyak berkecimpung dalam berbagai kegiatan yang mengkampanyekan tentang Islam.

Nenek moyang Crane dari garis ibu berasal dari daratan Eropa yang bermigrasi ke wilayah Amerika. Keluarganya datang ke New Haven, Connecticut, pada 1636. Beberapa di antara mereka menetap di Elizabethtown (sekarang Elizabeth), New Jersey. Sementara nenek dari pihak ayahnya berasal dari suku Indian Cherokee.

Meski berasal dari kalangan suku Indian, namun keluarga besar Crane tetap menomor satukan urusan pendidikan. Ayah Crane merupakan seorang pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Harvard. Sementara keluarga besar ibunya dikenal publik Amerika sebagai salah satu penyokong finansial Universitas Northwestern. Karenanya tak mengherankan jika sedari kecil hingga dewasa ia mendapatkan pendidikan yang memadai.

Selepas menamatkan pendidikan menengah atas, Crane sempat berkuliah di Universitas Harvard, namun tidak sampai tamat. Kemudian ia melanjutkan pendidikan setingkat sarjana muda di Universitas Northwestern. Setelah lulus dari Northwestern, ia diminta untuk membantu menjalankan usaha keluarga. Kemudian kedua orang tuanya memintanya untuk melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Harvard.

Sejak muda, Crane gemar menulis berbagai artikel. Salah satu artikel yang pernah ditulisnya adalah mengenai strategi ruang angkasa Soviet. Ketika pecah Krisis Misil Kuba, ia menulis sebuah artikel panjang tentang strategi perang psykis.

Tanpa ia duga artikel tersebut dibaca oleh mantan orang nomor satu di Amerika, Richard Nixon. Nixon membacanya di atas pesawat dalam penerbangan dari California ke New York. ''Dia memanggil saya segera setelah mendarat, pada Januari 1963, dan bertanya apakah saya bersedia menjadi penasihatnya untuk urusan politik luar negeri.''

Sebagai penasihat presiden tentunya ia harus menguasai berbagai aspek persoalan terkait dengan politik luar negeri. Tugas utamanya saat itu adalah mengumpulkan artikel-artikel terbaik pada setiap pokok persoalan dan menggabungkan semua artikel tersebut menjadi buku ringkasan untuk dibaca oleh Nixon yang kala itu menjabat sebagai Wakil Presiden.

Nixon memang dikenal gemar membaca. Berbagai macam artikel dibacanya, salah satunya adalah mengenai agama. Ia tertarik untuk membaca tentang bermacam-macam agama. Dan dia ingin mengetahui tentang Islam. ''Saat itu saya telah membaca sedikit tentang Islam, sebab saya pikir Islam akan menjadi sekutu Amerika Serikat yang paling kuat dan tahan lama untuk melawan Komunisme. Sebab kami berdua, saya dan Nixon, memandang Komunisme sebagai ancaman dunia,'' ungkap Crane.

Saat Nixon hendak mencalonkan diri sebagai Presiden AS, Crane termasuk salah satu orang terdekat Nixon yang tidak memberikan dukungan. Terlebih lagi pemikirannya yang kerap berseberangan dengan ketua tim sukses Henry Kissinger, membuatnya disingkirkan selama masa kampanye 1968. Setelah terpilih menjadi Presiden AS ke-37, Nixon menunjuk Crane menjadi wakil direktur perencanaan untuk Dewan Keamanan Nasional. Sementara posisi direktur dipegang oleh Kissinger. Namun, hubungannya yang kurang harmonis dengan Kissinger membuat Crane tersingkir dari Dewan Keamanan Nasional.

Crane mengakui pada awalnya ia tidak pernah memikirkan Islam secara serius. Yang diketahuinya tentang Islam hanyalah bahwa orang Muslim yang baik harus membunuh orang Kristen dan surga orang Muslim seperti rumah pelacuran. ''Saya sangat muak dan tidak pernah berhasrat mempelajari agama ini. Agama ini sangat primitif. Dan saya menasihati Nixon untuk menggunakan Islam sebagai sekutu untuk melawan Komunis. Saya pikir Islam adalah agama yang menjijikkan, tetapi paling tidak, dapat digunakan untuk melawan Komunisme.''

Tetapi, sebuah perjamuan makan di Bahrain mengubah pandangannya tentang Islam. Saat itu musim panas tahun 1977, Crane beserta istrinya sedang berada di Bahrain. Di tengah suhu yang tidak bersahabat, jauh di atas 100 derajat, sang istri memintanya menemani melihat-lihat istana di Al-Muharraq, yang merupakan kota dagang tertua di dunia. Kota ini hanya terdiri dari lorong-lorong sempit, seperti sebuah jaringan jalan yang semrawut.

Kondisi jalan yang semrawut ini membuat Crane dan istrinya tersesat di tengah keramaian. Dalam kondisi bingung, tiba-tiba ada orang tua lewat di depannya dan mengajak Crane ke rumahnya yang berada tidak jauh dari lokasinya saat itu. Crane beserta istri kemudian menghabiskan sisa hari mereka di sana. Sang tuan rumah menjamu mereka dengan berbagai macam makanan. ''Kami berbicara tentang berbagai hal, dan dia mengatakan bahwa dia seorang Muslim. Saya sungguh terpesona karena dia benar-benar orang baik. Kami tidak pernah membicarakan tentang Islam. Kami berbincang tentang apa-apa yang baik di dunia, tentang hal-hal yang buruk di dunia, dan tentang apa yang penting di dunia. Juga tentang peran Tuhan di dunia, tetapi tidak mengenai agama Islam,'' paparnya.

Momen tersebut benar-benar membekas dalam dirinya. Setelah perjamuan tersebut, Crane mulai berpikir apakah sebaiknya ia mulai mempelajari agama Islam. Ia pun mempelajari Islam, dan menyadari bahwa segala sesuatu dalam Islam adalah benar-benar tidak seperti apa yang selama ini dinilai negatif olehnya.                       

Pada tahun 1980, ia berkesempatan mengikuti sebuah konferensi tentang gerakan Islam di New Hampshire. Seluruh pemikir besar dari gerakan Islam dunia hadir di sana. Ketika waktu makan siang tiba, Crane lebih memilih bergabung bersama para tamu asing. Yang ada dalam pikirannya saat itu hanyalah keinginan untuk belajar sebanyak mungkin dari mereka.

Tanpa banyak bertanya, Crane kemudian mengikuti langkah para delegasi asing ini ke sebuah ruangan yang lantainya ditutupi permadani. Semula ia mengira mereka akan makan siang. Namun, dia baru menyadari kalau hari itu adalah hari Jum'at. ''Mereka akan melakukan shalat Jum'at. Saya memutuskan sebaiknya saya meninggalkan mereka. Tetapi saya pikir itu akan menyinggung perasaan mereka. Lalu saya hanya duduk di bagian belakang ruangan,'' ujarnya mengenang peristiwa tersebut.

Yang bertindak selaku imam shalat saat itu adalah Hasan Al-Turabi, seorang tokoh terkemuka gerakan Islam internasional asal Sudan. Menyaksikan Al-Turabi bersujud, Crane pun terhenyak sesaat. ''Saya menyadari bahwa dia membungkuk kepada Allah.  Jika dia dapat bersujud kepada Allah maka itu artinya dia sepuluh kali lebih baik dari saya. Saya memutuskan bahwa saya juga harus bersujud,'' ujarnya. Dia merasa mendapatkan teladan dari situ. Saat itu juga, Crane bersujud dan memutuskan untuk menjadi seorang Muslim. [REPUBLIKA.CO.ID]