Alkisah, pada suatu masa ketika sebagian dari manusia sudah merasa sangat tahu tentang Tuhan, maka tidaklah cukup bila Tuhan adalah dan tetap Tuhan. Mereka mengharuskan Tuhan menjadi Tttuhan dan harus pula bahwa Tttuhan adalah Tuhan. Konon pemahaman tersebut dirumuskan berdasarkan ilham yang sangat mendalam dari “orang-orang suci” dikalangan mereka.
Mereka juga begitu agresif dalam mewartakan pemahaman tersebut, tentu saja kepada sebagian lagi dari manusia yang mencukupkan diri dalam memahami Tuhan berdasarkan penjelasan dari Tuhan sendiri dan utusan resmi-Nya, yang menegaskan bahwa Tuhan adalah dan tetap Tuhan. Agresifitas mereka dalam mewartakan pemahaman tersebut seringkali menimbulkan tidak saja friksi, tapi percikan api yang bahkan pernah berkobar jadi perang besar ataupun pembunuhan massal. Namun hal tersebut bukan subyek bahasan artikel singkat kali ini.
Sesuai titel artikel, ketika Tuhan menjadi Tttuhan dan Tttuhan adalah Tuhan, maka munculah keganjilan, keanehan, kebingungan, kontradiksi, dan tentu saja pro-kontra atas pemahaman tersebut. Anehnya hal itu justru terjadi diantara para pewarta pemahaman tersebut, sehingga bermunculan para teolog maupun apologet dalam beragam kelas. Dari kelas analog (Tuhan matahari, Tuhan segitiga, Tuhan besi, Tuhan kopi 3in1, Tuhan air, Tuhan presiden-kuli bangunan, dan yang sangat tragis: Tuhan monyet !). Dari kelas digital (Tuhan penjumlahan tingkat pra-TK, Tuhan perkalian), dan kelas sok alkitabi tapi ambigui, maupun kelas penghibur diri karena frustasi.
Dan aneh bin ajaib pula mereka seringkali menuduh umat nabi sepupu nabi Isa ‘alaihissallam, bahwa muslim menolak kristen karena tidak memahami Trinitas.
Hmm… biarlah mereka menghibur diri dengan tuduhan tersebut!
Tetapi ketahuilah… bahwasanya Muslim menolak Kristen/ trinitas justru karena sangat memahami apa itu Trinitas.
Trinitas, tritunggal, hanyalah eufemisme bahkan kamuflase dari triteisme/ politeisme. Ya benar! Karena ada dua yang sedang duduk di surga dan lainnya (satu?) melayang-layang entah hinggap dimana.
Trinitas, tritunggal, hanyalah eufemisme bahkan kamuflase dari triteisme/ politeisme. Ya benar! Karena ada dua yang sedang duduk di surga dan lainnya (satu?) melayang-layang entah hinggap dimana.
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar