Petinggi Katolik di Australia, Kardinal George Pell mengakui bahwa gereja telah menutupi kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak yang dilakukan para rohaniwan.
Kardinal George Pell menyampaikan pengakuan tersebut dalam sidang parlemen mengenai penyelidikan kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak di lingkungan gereja Katolik yang dilakukan oleh pemerintah Victoria.
Kardinal George Pell dengan buklet merinci protokol Gereja Katolik dalam menghadapi kasus pelecehan seksual. Foto: Craig Greenhill |
Kardinal Pell mengatakan ia meminta maaf sepenuhnya dan menyesal atas pencabulan anak-anak yang dilakukan oleh sebagian pengurus gereja Katolik selama puluhan tahun. Kardinal Pell menyampaikan hal itu di hadapan tim penyelidik parlemen negara bagian di Victoria.
"Saya ingin mengatakan bahwa saya bersedia menuruti seruan pemimpin negara bagian Victoria untuk menyatakan bahwa saya benar-benar meminta maaf dan sangat menyesal," kata Kardinal Pell pada Senin (27/05).
Beberapa anggota parlemen menangis menyaksikan Kardinal Pell dipaksa untuk menjawab sejumlah pertanyaan tentang upaya sistemik gereja dalam menutup-nutupi kasus pemerkosaan terhadap anak-anak berumur sedikitnya lima tahun.
Kardinal Pell mengatakan baru-baru ini ia mengetahui mantan Uskup Ballarat Ronald Mulkearns telah menghancurkan dokumen untuk menyembunyikan kasus pelecehan seksual dan dia mengakui di beberapa kasus anggota rohaniwan dibebaskan tanpa upaya hukum sama sekali.
Tapi Kardinal Pell membantah dirinya hanya bermanis mulut saja ketika meminta maaf kepada korban karena ketahuan menutupi kasus ini. Kardinal Pell adalah Uskup Agung Melbourne antara 1996 dan 2001, sebelum jabatannya saat ini sebagai Uskup Agung Sydney.
"Saya telah menyatakan secara eksplisit, saya mengakui kesalahan yang telah dibuat oleh Uskup Mulkearns dan [mantan Uskup Agung Melbourne] Uskup Agung Little," katanya.
Dia mengatakan meski ada beberapa kasus yang ditutupi, tapi masalah utamanya adalah umumnya pihak Gereja tidak membicarakan masalah kasus pelecehan seks anak ini lantaran ada budaya bungkam-untuk menjaga reputasi gereja.
"Saya pikir kesalahan terbesar terjadi karena tak seorang pun membahas masalah itu, tak seorang pun menyinggungnya. Jadi saya pikir tidak banyak orang di jajaran pimpinan gereja yang mengetahui persoalan menghebohkan dan menyebar luas yang terjadi," tuturnya.
"Motivasi utama adalah untuk menjaga reputasi gereja," katanya kepada penyelidikan atas pelecehan anak-anak oleh badan-badan keagamaan dan non-pemerintah.
Dalam dokumen penyelidikan disebutkan, Gereja Katolik Australia memperkirakan sedikitnya 620 anak-anak di Negara Bagian Victoria telah menjadi korban pelecehan pendeta dalam kurun waktu 80 tahun terakhir.
Gereja bisa bangkrut untuk membayar konpensasi
Kardinal Pell saat ditanya mengenai kemungkinan gereja membayar kompensasi bagi korban penganiayaan Gereja. Pell menilai kompensasi itu bisa membuat gereja Katolik Victoria bangkrut.
Sekretaris Parlemen, Andrea Coote menyarankan Gereja menjual properti milik gereja Katolik Australia senilai $30.000.000 di Roma, Italia sehingga mampu membayar kompensasi yang lebih tinggi, namun Kardinal Pell memastikan hal itu tidak mungkin dilakukan.
"Ini merupakan investasi gereja Katolik Australia di Roma. Kami tidak perlu menjual investasi saat ini untuk membayar kerugian dan kerusakan atau kompensasi apapun, Kami akan sepenuhnya mampu melakukannya." "Banyak korban tidak terlalu tertarik pada uang. Yang lebih penting adalah proses hukum, keadilan, dan membantu mereka mendapatkan kehidupan mereka kembali," katanya.
Di Amerika Serikat, korban pelecehan gereja biasanya menerima kompenasi sekitar $1 juta. Ketika ditanya apakah menurutnya kompensasi senilai $75.000 adalah jumlah yang sesuai bagi korban yang telah secara anal dan oral diperkosa oleh imam ketika mereka masih anak-anak, Kardinal Pell mengatakan Gereja akan membayar besaran kompenasi yang direkomendasikan pemerintah. [bbs].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar