Haifa - Sembilan tahun setelah seorang aktivis asal Amerika tubuhnya hancur dilindas buldoser tentara Israel, sebuah pengadilan sipil Israel pada hari Selasa, 28 Agustus memutuskan bahwa kematian Rachel Corrie hanya kecelakaan.
Corrie, 23, adalah seorang aktivis yang menentang pembongkaran militer atas rumah-rumah warga Palestina, tewas pada tahun 2003 ketika mencoba menghalangi pengemudi buldoser agar tidak menghancurkan, meratakan rumah-rumah warga Palestina. Dia bekerja sama dengan Gerakan Solidaritas Internasional pada saat itu.
Para aktivis dari Gerakan Solidaritas Internasional, telah lama menolak penjelasan resmi Israel. Demikian juga orangtua Corrie tidak puas dengan hasil penyelidikan itu dan mengajukan gugatan perdata dua tahun kemudian.
Pengacara mereka, Hussein Abu Hussein menyesalkan putusan pengadilan itu, mengatakan sebagai "putusan yang menyalahkan korban."
"Meskipun tidak mengherankan, putusan ini adalah satu lagi contoh di mana impunitas mengalahkan akuntabilitas dan keadilan," katanya. "Rachel Corrie tewas padahal dalam suatu protes tanpa kekerasan atas penghancuran rumah dan ketidakadilan di Gaza, dan hari ini, pengadilan ini telah memberikan stempel persetujuan untuk praktek cacat dan ilegal yang gagal untuk melindungi kehidupan sipil."
Menurut badan PBB yang menangani pengungsi Palestina, militer penjajah israel telah membuat lebih dari 17.000 warga Gaza kehilangan rumah tempat tinggal dalam waktu empat tahun setelah perlawanan penduduk Palestina pada bulan September 2000 melawan penjajahan Israel.
"Saya percaya ini adalah hari yang buruk tidak hanya untuk keluarga kami, tapi hari yang buruk bagi hak asasi manusia, untuk kemanusiaan, untuk penegakan hukum dan juga untuk negara Israel," kata ibunya, Cindy Corrie setelah putusan pengadilan.
"Hak untuk hidup dan martabat Rachel dilanggar oleh militer Israel," katanya, dan menambahkan bahwa putrinya dan keluarganya layak memperoleh "akuntabilitas."
"Gugatan perdata bukan merupakan pengganti untuk penyelidikan yang kredibel, yang kita tidak pernah punya. Gugatan ini adalah satu-satunya jalan kita sebagai sebuah keluarga," jelas Cindy Corrie.
Orang tua Corrie mengatakan mereka telah mencari jawaban dalam kematian putri mereka selama bertahun- tahun.
"Semakin banyak kita tahu, semakin besar kemungkinan bahwa pembunuhan itu disengaja, atau setidaknya sangat sembrono," kata ayahnya, Craig Corrie pada tahun 2010.
"Sebagai mantan tentara, saya bahkan bertanggung jawab atas buldoser di Vietnam ... Anda bertanggung jawab untuk mengetahui apa yang ada di depan pisau itu, dan saya percaya bahwa mereka lakukan."
"Saya tidak penuh dengan kebencian kepada orang ini, tapi itu adalah tindakan yang mengerikan untuk membunuh putri saya, dan saya berharap dia mengerti itu."
Tom Dale, seorang mantan aktivis dari Inggris yang hanya 10 meter jauhnya ketika Corrie hancur dilindas buldoser, mengatakan bahwa tidak mungkin bagi pengemudi buldoser tidak melihatnya, terlebih Corrie mengenakan rompi fluorescent dan berwarna orange terang serta ia berdiri di gundukan tanah.
"Apapun yang orang pikirkan tentang visibilitas dari buldoser D9, tidak dapat
dibayangkan bahwa di beberapa titik sopir tidak melihatnya, mengingat
jarak dari mana ia mendekati, sementara dia berdiri, tak bergerak, di
depannya," katanya dalam sebuah pernyataan.
"Seperti yang saya katakan kepada pengadilan, sesaat sebelum dia hancur,
Rachel sempat berdiri di atas gundukan tanah yang telah terkumpul dari buldoser: kepalanya berada di atas tingkat ketinggian buldoser dan hanya
beberapa meter dari sopir.
Sejak kematian Corrie, para pemain sepak bola di Gaza telah menghormatinya dengan membentuk turnamen peringatan tahunan.
"Rachel Corrie: Rakyat Palestina Tidak akan Lupakan Dirimu, Teman yang Sangat Terhormat," terbaca pada dinding beton di dekat lapangan sepak bola.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar