Kenapa yah..? Hm.. karena orang Kristen itu lebih mengikuti perkataan Paulus, bukan mengikuti apa yang diajarkan oleh Yesus.
Loh! Memang... secara bahasa, Kristen adalah pengikut Kristus, yaitu pengikut Yesus versi Paulus.Meyakini Yesus sebagai Kristus (Mesias) dalam halusinasi doktrin "merdeka" karena darah "Yesus".
Ini
sangat berbeda dengan Yesus versi Yesus sendiri, Yesus Asli, dimana 2000 tahun yang lalu beliau
lahir sebagai Mesias untuk mereformasi agama Nabi Musa dan memerdekakan bangsa Yahudi dari
penjajahan Romawi.
Dan... bila tetap memaksakan diri merasa bahwa Kristen adalah pengikut Yesus Asli, maka ia mestinya akan membuktikan diri, mentaati seruan Yesus dengan masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Bukan terlarut dalam seruan Paulus: "Jadilah pengikutku" dengan selalu berada dalam halusinasidoktrin sola dei-sola
gratia, soteriologi salib via dolorosa,yang dibuat olehPaulus.
Ada banyak
nubuat tentang Yesus sebagai Mesias, sebagai tunas adil dari Daud yang saat itu sangat
diharapkan oleh bangsa Yahudi untuk lepas dari penjajahan Romawi, untuk membentuksuatu pemerintahan Teokratis berdasar
hukum-hukum Allah.
Gagasan
Yesus tentang "kerajaan Allah" atau "pemerintahan
Allah" atau "imperium Allah" (Ibrani: malkuth hashamayim,
kerajaan surga; Yunani: basileia tou theou), yang berlatarbelakang pada
konsep religio-politis Perjanjian Lama, itu sendiri pun sangat nyata (bisa
dibaca disini).
Nubuat
tentang Yesus sebagai Mesias, misal dalam Yeremia 23:5-8,Kejadian 49:10, dan dalam kitab Daniel 9:24-27 yang membicarakan
tentang waktunya.
Meskipun demikian,
mereka menolak bahkan berusaha membunuh Yesus. Mereka berusaha membunuh Yesus karena mereka
menolak kebenaran, yaitu apa yang datang dari Tuhannya Yesus untuk disampaikan
pada umat beliau.
Tetapi
yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan
kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang
demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. (Yohanes 8:40).
Mereka
juga menuduh bahwa Yesus menyamakan dirinya dengan Allah, sama-sama sebagai Tuhan: "Aku dan Bapa adalah Satu" (Yohanes 10:30), suatu tuduhan keji yang sayangnya
bahkan dilanggengkan oleh kekristenan Trinitarian untuk menuhankan Yesus dengan
membenarkan tuduhan keji tersebut (Yohanes 10:33).
Jadi
rasanya pantas saja bila Yesus menyebut mereka sebagai bangsa degil keturunan
ular beludak (Matius 12:34; 23:33), sebagai anak-anak iblis (Yohanes 8:40). Nah, karena penolakan kaumnya,
maka Yesus hanya bisa menjadi Raja sehari (Matius 21:9; Markus 11:10), padahal bila
mereka menerimanya makaYesus akan memerintah sebagai rajayang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negerinya.
Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram, berkumpul
tidak terceraiberai (Yeremia 23:5-8).Kerajaan Yehuda mestinya akan
ada sampai sang Shiloh datang, yaitu dia yang berhak atasnya, Nabi Muhammad SAW.
(Kejadian 49:10). Sang Comforter,paraklhton lain selain Yesus (Yoh 14:16; 1Yoh 2:1). Tentu saja tidak akan ada Zionist, yang saat ini bahkan
benar-benar telah berubah menjadi Nazionist dengan segala penindasan dan kebrutalannya
kepada penduduk Palestina yang dijajahnya. Juga tidak akan ada kekristenan
karena tidak akan ada pendiri Kristen yakni Paulus (Kisah 11:26), yang efektif memberi halusinasi para pengikutnya dengan doktrin angan-angan surga sola dei - sola gratia soteriologi salib bodohnya (1Korintus 1:23).
Dan tentu saja sungguh beruntung orang Islam karena menerima keduanya, baik sang Mesias maupun sang Shiloh. God bless Jesus and Muhammad.
Let's talk frankly. Almost never do non-Muslims
study Islam until they have first exhausted the religions of their exposure.
Only after they have grown dissatisfied with the religions familiar to them,
meaning Judaism, Christianity and all the fashionable "-isms"—Buddhism,
Taoism, Hinduism (and, as my young daughter once added, "tourism")—do
they consider Islam.
Perhaps other religions do not answer the
big questions of life, such as "Who made us?" and "Why are we
here?" Perhaps other religions do not reconcile the injustices of life
with a fair and just Creator. Perhaps we find hypocrisy in the clergy,
untenable tenets of faith in the canon, or corruption in the scripture.
Whatever the reason, we perceive shortcomings in the religions of our exposure,
and look elsewhere. And the ultimate "elsewhere" is Islam.
Now, Muslims would not like to hear me
say that Islam is the "ultimate elsewhere." But it is. Despite the
fact that Muslims comprise one-fourth to one-fifth of the world's population, non-Muslim
media smears Islam with such horrible slanders that few non-Muslims view the
religion in a positive light. Hence, it is normally the last religion seekers
investigate.
Another problem is that by the time
non-Muslims examine Islam, other religions have typically heightened their
skepticism: If every "God-given" scripture we have ever seen is corrupt,
how can the Islamic scripture be different? If charlatans have manipulated religions
to suit their desires, how can we imagine the same not to have happened with
Islam?
The answer can be given in a few lines,
but takes books to explain. The short answer is this: There is a God. He is
fair and just, and He wants us to achieve the reward of paradise. However, God
has placed us in this worldly life as a test, to weed out the worthy from the
unworthy. And we will be lost if left to our own devices. Why? Because we don't
know what He wants from us. We can't navigate the twists and turns of this life
without His guidance, and hence, He has given us guidance in the form of
revelation.
Sure, previous religions have been
corrupted, and that is why we have a chain of revelation. Ask
yourself: why would God send another revelation if the preceding scriptures were
still pure? Only if preceding scriptures were corrupted would God need to send
another revelation, to keep mankind on the straight path of His design.
So we should expect preceding
scriptures to be corrupted, and we should expect the final revelation to be pure
and unadulterated. If impure, it too is due to be replaced, for we cannot
imagine a loving God leaving us astray. What we can imagine is God
giving us a scripture, and men corrupting it; God giving us another scripture,
and men corrupting it again … and again, and again. Until God sends a final
revelation He promises to preserve until the end of time.
Muslims consider this final revelation to
be the Holy Qur'an. You consider it … worth looking into. So let us return to
the title of this article: Why Islam? Why should we believe that Islam is the
religion of truth, the religion that possesses the pure and final revelation?
Oh, just trust me.
Now, how many times have you heard that
line? A famous comedian used to joke that people of different cities cuss one
another out in different ways. In Chicago, they cuss a person out this
way, in Los Angeles they cuss a person out that way, but in New York
they just say, "Trust me."
So don't trust me—trust our Creator. Read
the Qur'an; read books and study this website. But whatever you do, get
started, take it seriously, and pray for our Creator to guide you.
Your life may not depend on it, but your
soul most definitely does.
A graduate of
Cornell University, Brown University Medical School and George Washington
University Hospital residency program, Laurence B.
Brown is an ophthalmic surgeon, a retired Air Force officer, and the
medical director and chief ophthalmologist of a major eye center. He is also an
ordained interfaith minister with a doctorate in divinity and a PhD in religion,
and the author of a number of books of comparative religion and reality-based
fiction. His works can be found on his website, www.LevelTruth.com.
Meskipun tulisan ini sudah cukup lama, namun sungguh tetap relevan sepanjang abadinya keberadaan antara kebenaran dan kebathilan, antara kebaikan dan kejahatan, antara yin dan yang. Silahkan nikmati tulisan saudara Adian Husainiinidengan baik dan baikpula bila Anda memiliki bukunya :)
Dr. Syamsuddin Arief, alumni ISTAC
yang sedang mengambil doktor keduanya di Frankfurt Jerman, beberapa waktu lalu
menulis satu artikel yang menghebohkan di hidayatullah.com. Judulnya:
Diabolisme Intelektual. Artikel ini segera menyulut tanggapan keras dari seorang
aktivis Islam Liberal, yang segera menuduh bahwa orang seperti Dr. Syamsuddin
Arief cenderung punya kelainan jiwa (mental disorder), karena merasa dirinya
paling benar dan paling bersih.
Melalui artikelnya, Syamsuddin
menjelaskan, bahwa "diabolisme" berarti pemikiran, watak dan perilaku
ala Iblis ataupun pengabdian padanya. Dalam kitab suci al-Qur'an dinyatakan
bahwa Iblis dikutuk dan dihalau karena menolak perintah Tuhan untuk bersujud
kepada Adam. Iblis tidaklah atheis atau agnostik. Iblis tidak mengingkari
adanya Tuhan.
Iblis tidak meragukan wujud maupun
ketunggalan-Nya. Iblis bukan tidak kenal Tuhan. Ia tahu dan percaya seratus
persen. Tetapi, meskipun ia tahu kebenaran, ia disebut 'kafir', karena
mengingkari dan menolak kebenaran.
Kesalahan Iblis bukan karena ia tak
tahu atau tak berilmu. Kesalahannya karena ia membangkang. (QS 2:34, 15:31,
20:116); ia sombong dan menganggap dirinya hebat (QS 2:34, 38:73, 38:75). Iblis
juga melawan perintah Tuhan.
Allah berfirman: "Dia adalah dari
golongan jin, maka ia durhaka terhadap perintah Tuhannya. Patutkah kamu
mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain kepada-Ku, sedang
mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi
orang-orang yang zalim" (QS 18:50).
Dalam hal ini, Iblis tidak
sendirian. Sudah banyak orang yang berhasil direkrut sebagai staf dan kroninya,
berpikiran dan berprilaku seperti yang dicontohkannya. Iblis adalah 'prototype'
intelektual 'keblinger'. Sebagaimana dikisahkan dalam al-Qur'an, sejurus setelah
ia divonis, Iblis mohon agar ajalnya ditangguhkan. Dikabulkan dan dibebaskan
untuk sementara waktu, ia pun bersumpah untuk menyeret orang lain ke jalannya,
dengan segala cara.
"Hasutlah siapa saja yang kau
bisa dari kalangan mereka dengan seruanmu. Kerahkan seluruh pasukanmu, kavalri
maupun infantri. Menyusuplah dalam urusan keuangan dan keluarga mereka.
Janjikan mereka [kenikmatan dan keselamatan]!" Demikian difirmankan kepada
Iblis (QS 17:64).
Maka Iblis pun bertekad:
"Sungguh akan kuhalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Akan kudatangi
mereka dari arah depan dan belakang, dari sebelah kanan dan kiri mereka!"
(QS 7:16-17).
Maksudnya, menurut Ibnu Abbas ra,
Iblis bertekad untuk menyesatkan orang dengan menebar keraguan, membuat orang
ragu dan lupa pada akhirat, alergi dan anti terhadap kebaikan dan kebenaran,
gandrung dan tergila-gila pada dunia, hobi dan cuek berbuat dosa, ragu dan
bingung soal agama (Lihat: Ibn Katsir, Tafsir al-Qur'an al-'Azim, cetakan
Beirut, al-Maktabah al-Asriyyah, 1995, vol. 2, hlm. 190).
Selanjutnya, Syamsuddin Arief mengelaborasi
ciri-ciri cendekiawan bermental Iblis. Pertama, selalu membangkang dan
membantah (6:121). Meskipun ia kenal, tahu dan faham, namun tidak akan pernah
mau menerima kebenaran. Seperti ingkarnya Fir'aun berikut hulu-balangnya. Maka
selalu dicarinya argumen untuk menyanggah dan menolak kebenaran demi
mempertahankan opininya.
Sebab, yang penting baginya bukan
kebenaran, akan tetapi pembenaran. Jadi, bukan karena ia tak tahu mana yang
benar, tetapi karena ia memang tidak mau mengikuti dan tunduk pada kebenaran
itu.
Kedua, cendekiawan bermental Iblis
itu "bermuka dua", menggunakan standar ganda (QS 2:14). Mereka menganggap orang
beriman itu bodoh, padahal merekalah yang bodoh dan dungu (sufaha').
Intelektual semacam inilah yang
diancam Allah dalam al-Qur'an : "Akan Aku palingkan mereka yang arogan
tanpa kebenaran itu dari ayat-ayat-Ku. Sehingga, meskipun menyaksikan setiap
ayat, tetap saja mereka tidak akan mempercayainya. Dan kalaupun melihat jalan
kebenaran, mereka tidak akan mau menempuhnya. Namun jika melihat jalan
kesesatan, mereka justru menelusurinya" (QS 7:146).
Ketiga, ialah mengaburkan dan
menyembunyikan kebenaran (talbis wa kitman al-haqq). Cendekiawan diabolik bukan
tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Namun ia sengaja
memutarbalikkan data dan fakta.
Yang bathil dipoles dan dikemas
sedemikian rupa sehingga nampak seolah-olah haq. Sebaliknya, yang haq digunting
dan di'preteli' sehingga kelihatan seperti batil. Ataupun dicampur-aduk
dua-duanya sehingga tidak jelas lagi beda antara yang benar dan yang salah.
Strategi semacam ini memang sangat efektif untuk membuat orang lain bingung dan
terkecoh.
Al-Qur'an pun telah mensinyalir:
"Memang ada manusia-manusia yang kesukaannya berargumentasi, menghujat
Allah tanpa ilmu, dan menjadi pengikut setan yang durhaka. Telah ditetapkan
atasnya, bahwa siapa saja yang menjadikannya sebagai kawan, maka akan
disesatkan olehnya dan dibimbingnya ke neraka" (QS 22:3-4).
Demikianlah peringatan dan paparan Dr. Syamsuddin Arief
tentang ciri-ciri cendekiawan yang bermental Iblis. Peringatan ini sepatutnya
menjadi renungan serius bagi para cendekiawan yang benar-benar memiliki niat
ikhlas untuk mencari kebenaran, dan bukan saja mencari popularitas dan
keuntungan duniawi.
Apa yang dilakukan Syamsuddin Arief bukanlah hal baru. Banyak ulama sebelumnya
yang telah memberikan peringatan serupa, tentang bahaya taktik dan tipudaya
Iblis dalam menyesatkan umat manusia.
Masalah ini begitu penting, sebab,
memang Iblis adalah musuh manusia yang nyata, bukan musuh yang tersembunyi.
Iblis dan kroni-kroninya seharusnya diketahui dengan jelas ciri-cirinya.
Imam al-Ghazali menulis satu kitab khusus tentang masalah Iblis dan tipudayanya, yang diberi judul "Talbis Iblis".
Kitab dengan judul yang sama juga ditulis oleh al-Hafizh Ibnul Jauzy
al-Baghdady. Dalam Kitabnya, Ibnul Jauzy mengingatkan, bahwa 'talbis' artinya "menampakkan kebatilan dalam rupa kebenaran".
Ibnul Jauzy menjelaskan talbis Iblis (red: kajian lengkap dan sangat bermanfaat atas kitab ini oleh Ustadz Badrussalam, silahkan di sini) terhadap berbagai jenis agama dan aliran masyarakat, yang tumbuh dan berkembang
ketika itu. Talbis Iblis, atau tipudaya setan, yang hobinya mengaburkan yang
haq dan bathil sangatlah perlu diwaspadai oleh manusia. Apalagi, jika yang
melakukan talbis itu orang-orang yang dikategorikan ke dalam golongan
intelektual atau cendekiawan.
Mereka dengan segala kemampuan
ilmunya tidak ragu-ragu mengikuti jejak Iblis, memutarbalikkan yang haq menjadi
bathil dan yang bathil menjadi haq.
Di era kebebasan informasi saat ini,
kaum Muslim menghadapi masalah yang sangat pelik, yang belum pernah dihadapi di
masa-masa lalu. Nyaris setiap hari, media massa melakukan penjungkirbalikan
nilai-nilai kebenaran, dengan menggunakan slogan-slogan atau istilah-istilah
yang indah, seperti pluralisme, kebebasan, hak asasi, pencerahan, dan
sebagainya.
Paham penyamaan semua agama yang
jelas-jelas keliru dibungkus dengan istilah indah: "pluralisme". Paham
penyebarluasan kebebasan amoral dalam bidang perzinahan dan homoseksual dikemas
dengan bungkus rapi bernama "hak asasi manusia". Dengan tipudaya Iblis,
khamar diiklankan dan dijadikan kebanggaan oleh sebagian manusia modern,
perzinahan dilegalkan dan tidak dipersoalkan kebejatannya, sementara poligami
diopinikan sebagai bentuk kejahatan.
Rasulullah saw pernah mengingatkan: "Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan tipuan. Pada waktu
itu di pendusta dikatakan benar dan orang yang benar dikatakan dusta."(HR Ibnu
Majah). Di zaman globalisasi saat ini, diakui, bahwa informasi adalah kekuatan
yang paling dahsyat. Penguasa informasi adalah yang menguasai otak manusia saat
ini. Mereka dengan leluasa berpotensi memutarbalikkan fakta dan kebenaran.
Di sinilah talbis Iblis dapat
terjadi. Yang haq dipromosikan sebagai kebathilan, dan yang bathil dikampanyekan
sebagai al-haq. Banyak motif para pelaku talbis Iblis. Bisa karena memang ada
kesombongan, ada penyakit hati, atau karena motif mencari keuntungan duniawi.
Dalam situasi seperti ini,
peringatan Dr. Syamsuddin Arief tentang ciri-ciri pelaku talbis Iblis di
kalangan intelektual, sangat relevan untuk direnungkan. Sangatlah tidak tepat
jika dia dikatakan mengalami gangguan jiwa.
Tugas para Nabi dan pewarisnya (para
ulama) adalah menjelaskan mana yang haq dan mana yang bathil, menyeru umat
manusia, agar tidak mengikuti jalan-jalan Iblis, jalan yang sesat, yang
mengantarkan manusia kepada api neraka.
Jika ada cendekiawan yang tugasnya
senantiasa mengaburkan nilai-nilai kebenaran dan kebathilan, maka ia perlu
melakukan introspeksi terhadap dirinya sendiri. Allah SWT sudah menjelaskan: "Tidak ada paksaan (untuk masuk) agama Islam. Sungguh telah jelas yang benar
dari yang salah." (QS 2:256).
Sikap merasa benar sendiri terhadap
kebenaran agama Islam dan yakin dengan kebenaran al-Islam adalah sikap yang
sudah seharusnya.Dalam hal ini tidak boleh ada keraguan. Yang haq harus
dikatakan haq dan bathil harus dikatakan bathil. Itulah tugas setiap
cendekiawan Muslim.
Allah juga mengingatkan: "Al-haq itu dari
Tuhanmu, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu." Sikap
meragu-ragukan terhadap kebenaran adalah sikap dan perilaku Iblis, yang tidak
perlu dicontoh oleh kaum Muslim.
Sebagai pakar teologi, Pendeta Yahya Yopie Waloni sangat mengetahui teori-teori yang ada dalam agama Islam. Meskipun masih beragama Kristen, Yahya memandang teori apa pun yang ada di Islam sangat benar. Islam pun, mampu menceritakan peradaban dunia dari yang lalu sampai sekarang. Bahkan, agama Kristen diceritakan pula dalam Islam.
Pdt. Yahya Waloni bersama istrinya memeluk Islam secara sah pada hari Rabu, 11 Oktober 2006 pukul 12.00 Wita, melalui tuntunan Komarudin Sofa, Sekretaris Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Tolitoli. Beliau mengganti namanya menjadi Muhammad Yahya Waloni, dan istrinya Lusiana menjadi Mutmainnah. Putri tertuanya Silvana (8 tahun) menjadi Nur Hidayah, Sarah (7 tahun) menjadi Siti Sarah, dan putra bungsunya tetap menggunakan nama Zakaria (4 tahun).
Pak Yahya, begitu sapaan akrabnya. Pria kelahiran Manado tahun 1970 ini lahir dari kalangan terdidik dan disiplin. Ayahnya seorang pensiunan tentara. Sekarang menjabat anggota DPRD di salah satu kabupaten baru di Sulawesi Utara. Sebagai putra bungsu dari tujuh bersaudara, Yahya saat bujang termasuk salah seorang generasi yang nakal. "Saya tidak perlu cerita masa lalu saya. Yang pasti saya juga dulu pernah nakal, tukasnya.
Meski ia pernah nakal, tetapi pendidikan formalnya sampai ke tingkat doktor. Ia menyandang gelar doktor teologi jurusan filsafat. Saat ditemui, Yahya memperlihatkan ijazah asli yang dikeluarkan Institut Theologia Oikumene Imanuel Manado tertanggal 10 Januari 2004. Sehingga titel yang didapatnya pun akhirnya lengkap menjadi Dr. Yahya Yopie Waloni, S.TH, M.TH.
Menurutnya, dirinya masuk agama Islam karena dari sistematika teori, Islam itu sudah benar. Sebagai akademisi, kata dia, dirinya berpikir bahwa orang yang sudah memiliki teori yang benar saja bisa salah apalagi yang tidak memiliki teori yang benar. "Orang Islam yang sudah memiliki teori yang benar saja masih bisa salah, apalagi yang tidak memiliki teori yang benar. Jadi, saya mengakui Islam secara teori dan spiritual," ujar Yahya.
Selain ia menyadari kebenaran Islam (dan tentu beliau juga sangat paham bagaimana kekristenan itu mengingat ketinggian ilmunya), menurut pria kelahiran Manado tahun 1970 yang pernah menjabat sebagai Ketua Sekolah Tinggi Theologia Calvinis di Sorong tahun 2000-2004 ini, ada hal lain juga yang mendorongnya untuk segera mengucapkan syahadat, yakni pengalaman spiritual yang dialaminya. "Suatu hari, saya bertemu dengan seorang penjual ikan, di rumah lama kompleks Tanah Abang, Kelurahan Panasakan, Tolitoli," ia memulai kisahnya.
Pertemuannya dengan si penjual ikan berlangsung tiga kali berturut-turut dengan waktu pertemuan yang sama yaitu pukul 09.45 Wita. "Kepada saya, si penjual ikan itu mengaku namanya Sappo (dalam bahasa Bugis artinya sepupu). Dia juga panggil saya Sappo. Dia baik sekali dengan saya," ujar bapak dari Silvana (8 tahun, kini bernama Nur Hidayah), Sarah (7 tahun, menjadi Siti Sarah), dan Zakaria (4 tahun) ini.
Setiap kali ketemu dengan si penjual ikan itu, kata Yahya, dirinya berdialog panjang soal Islam. Anehnya, kata dia, si penjual ikan yang mengaku tidak lulus sekolah dasar (SD) itu sangat mahir dalam menceritakan soal Islam. Ia makin tertarik pada Islam.
Namun, sejak saat itu, ia tidak pernah lagi bertemu dengan penjual ikan itu. Si penjual ikan mengaku dari dusun Doyan, desa Sandana, salah satu desa di sebelah utara kota Tolitoli). "Saat saya datangi kampungnya, tidak ada satupun warganya yang menjual ikan dengan bersepeda," tambahnya.
Sejak pertemuannya dengan si penjual ikan itulah katanya, konflik internal keluarga Yahya dengan istrinya meruncing. Istrinya, Lusiana tetap ngotot untuk tidak memeluk Islam. Karena dipengaruhi oleh pendeta dan saudara-saudaranya. "Ia tetap bertahan pada agama yang dianut sebelumnya. Jadi, kita memutuskan untuk bercerai," katanya.
Namun, sambung dia, tidak lama setelah itu, tepatnya 17 Ramadan 1427 Hijriah atau tanggal 10 Oktober sekitar pukul 23.00 Wita, ia bermimpi bertemu dengan seseorang yang berpakaian serba putih, duduk di atas kursi. Sementara, dia di lantai dengan posisi duduk bersila dan berhadap-hadapan dengan seseorang yang berpakaian serba putih itu. "Saya dialog dengan bapak itu. Namanya, katanya Lailatulkadar," kata Yahya. Setelah dari itu, Yahya kemudian berada di satu tempat yang dia sendiri tidak pernah melihat tempat itu sebelumnya. Di tempat itulah, Yahya menengadah ke atas dan melihat ada pintu buka-tutup. Tidak lama berselang, dua perempuan masuk ke dalam. Perempuan yang pertama masuk, tanpa hambatan apa-apa. Namun perempuan yang kedua, tersengat api panas.
"Setelah saya sadar dari mimpi itu, seluruh badan saya, mulai dari ujung kaki sampai kepala berkeringat. Saya seperti orang yang kena malaria. Saya sudah minum obat, tapi tidak ada perubahan. Tetap saja begitu," cerita Yahya.
Sekitar dua jam dari peristiwa itu, di sebelah kamar, dia mendengar suara tangisan. Orang itu menangis terus seperti layaknya anak kecil. Yahya yang masih dalam kondisi panas-dingin, menghampiri suara tangisan itu. Ternyata, yang menangis itu adalah istrinya, Lusiana.
Tangisan istri Yahya itu mengandung arti yang luar biasa. Ia menangis karena mimpi yang diceritakan suaminya kepadanya, sama dengan apa yang dimimpikan Mutmainnah. "Tadinya saya sudah hampir cerai dengan istri, karena dia tetap bertahan pada agama yang ia anut. Tapi karena mimpi itulah, malah akhirnya istri saya yang mengajak," tandasnya.
Akhirnya, setelah menyadari kebenaran Islam dan kemudian ada pengalaman spiritual yang terutama mempermudah jalan bagi istrinya menuju jalan lurus agama Islam, maka Yahya Waloni bersama istrinya, Lusiana, bersegera menjadi Muslim. Mereka secara sah mengucapkan persaksian kalimat syahadat, yaitu pada hari Rabu, 11 Oktober 2006 pukul 12.00 Wita melalui tuntunan Komarudin Sofa, Sekretaris Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Tolitoli. Hari itulah Yahya dengan tulus mengucapkan dua kalimat syahadat. "Kekuatan saya, sekarang hanya shalat tahajud malam dan Dhuha pukul 08.00," ujar mantan Rektor UKI Papua ini. [erk /km].
Berikut videoceramah dari beliau:
.
.
.
Potongan video berikutnya (terima kasih kepada saudara Ronald Srg)
Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). (QS. Yunus 10:25)
Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa yang ingkar kepada thaghut (yang disembah selain Allah) dan beriman kepada Allah, maka sungguh ia telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah 2:256).
Idris Tawfiq memiliki gelar dalam bidang Bahasa dan Sastra Inggris dari University of Manchester dan gelar di bidang Sacred Theology dari Universitas Kepausan Santo Thomas Aquinas di Roma.
Selama bertahun-tahun ia adalah Ketua Studi Agama di sekolah yang berbeda di Inggris dan Wales dan memiliki banyak pengalaman mengajar, baik di Inggris maupun di Mesir. Sebelum memeluk Islam, Idris adalah seorang imam Katolik Roma.
Idris Tawfiq banyak diminati sebagai pembicara, dan ia melakukan perjalanan secara ekstensif untuk tujuan ini. Gayabicaranya bagus, sederhana dan sangat lembut menyentuh hati, serta menyebabkan orang untuk berpikir. Idris menunjukkan bahwa ia bukanlah seorang sarjana Islam, melainkan memiliki suatu cara untuk menjelaskan hal-hal tentang Islam dengan cara yang sangat sederhana. Dia memiliki pengalaman dalam memimpin retret dan dalam memberikan pelatihan bagi para pelajardan orang dewasa.
Pengalaman yang luas dalam berurusan dengan orang-orang pada umumnya dan menjelaskan berbagai hal tentang iman kepada mereka, sangat bermanfaat dalam meramaikan tulisan dan gaya berbicaranya, sehingga menjadi lebih menarik sekaligus mudah dipahami. Beliau mencoba untuk menjelaskan Islam kepada mereka di Barat yang bukan Muslim.
Sebagai seorang penulis, Idris Tawfiq telah menulis untuk berbagai surat kabar dan majalah di Inggris dan sekarang menjadi kontributor tetap dan konsultan untuk www.islamonline.net dan www.readingislam.com. Dia menulis setiap hari Selasa di Egyptian Mail, surat kabar berbahasa Inggris tertua di Mesir, dan setiap Jumat di Sawt Al-Azhar, surat kabar Al-Azhar University.
Beliau adalah penulis buku-buku berikut:
Gardens of Delight: a simple introduction to Islam
Talking to Young Muslims
Talking to New Muslims
Talking to Muslims in the West
Talking About Ramadan
Calling Others to Islam
Talking About Other faiths
Looking for Peace in the Land of the Prophets
Dalam perjalanannya ke seluruh dunia, Idris berbicara tentang Islam baik untuk kelompok dan di televisi maupun radio. Anda dapat melihatnya setiap pekan di sebuah acara di Huda TV, "Let's Talk." Program ini tayang setiap hari Rabu pukul 18.00 GMT dan Anda juga dapat melihatnya di komputer Anda melalui Live Streaming.
Sebagai seorang Muslim, Idris Tawfiq memiliki cinta yang mendalam kepada dunia Arab. Cerita dan karakter dari Kairo dan dunia Arab sering ditemukan dalam tulisannya. Setelah beberapa saat sebagai Direktur Pusat Penelitian Pasca Sarjana di Al-Fatih Islamic Institute di Damaskus, Idris Tawfiq sekarang tinggal di Mesir. Sering ditanya mengapa ia memilih Timur Tengah sebagai basis untuk berbicara kepada orang-orang di Barat tentang Islam, daripada tinggal di London, Idris mengatakan bahwa budaya dan orang-orang di daerah ini merupakan sumber inspirasi yang subur baginya.
Dia sekarang membagi waktunya antara rumahnya di Mesir dan perjalanannya ke seluruh dunia.
Meskipun sangat sibuk, Idris mencoba untuk mengirim balasan pribadi kepada semua orang yang menulis surat kepadanya, dan ia mencoba untuk menanggapi secara positif semua orang yang mengundang dia untuk berbicara.
Silahkan menikmati video cerita perjalanannya menemukan kebenaran (Islam)
PastorSobrinoValdeciPicantodari
BrazilmeyakinkanjemaatnyabahwaRohKudusada dialat kelaminnyadansatu-satunya carauntuk menyenangkanTuhan danmenerimaRohKudusadalah dengan cara yang memungkinkan
dia untukejakulasipadaanggotajemaatnya. Ia mengacu hasil sekresiseksual atau spermanya sebagai'susu ilahidariRohKudus',yang bersemangat
untuk menyenangkanYesus, dengan cara banyak melakukan tindakanseksualuntuk dapat'menerima
susuilahidariRohKudus'.
Diasecara
efektiftelah menipujemaatnyauntuk percayabahwaRohKudushanyaakan datangkepada anggota
Gereja, melalui ejakulasinyayang
menghasilkan susuilahi. WebsiteBeritaSpanyol, Que!
mengatakan sebagai berikut: 'Dia meyakinkankita bahwahanya
Tuhan yangbisa datangke dalam
hidup kitamelalui mulutdan
mengapaiamelakukan seperti apa yang dia lakukan. Seringkali, setelahibadah, PastorValdecidatang untuk
membawa kami kebagianbelakang gerejadan
meminta kamiuntuk melakukanoral
sekspada dirinyasampaiRohKudusdatang melaluiejakulasi'.
Jika hal itukurang mengerikan, maka pernyataan dari seorang korbannya iniakanmembuat anda merasa sakit: 'Lo cierto es que este señor ya está en la cárcel donde, según dijo cuando le detuvieron, pretende seguir regando con su leche sagrada a sus compañeros de celda.' 'Benar bahwa orang inisekarangdi penjara, tetapi ketika diaditangkap dia mengatakan akan melanjutkanpenyiramandengan sususuci
bagiteman satu selnya.'
Anda dapatmembaca artikel aslinya dalam bahasa Spanyol di sini.Pengawasanorang tuadisarankansebelum mengunjungiwebsite ini. Perilaku semacam initidak mengherankankarena hal ini merupakanfakta dalam Kekristenanyang selalu memilikidaya tarikdengan alat kelamin,
khususnya alat kelamin pria, seperti yang dicatat secara luasdalam sejarah mereka.
Perseteruan di Gereja Tiberias Indonesia pimpinan Gembala Sidang Pdt. Yesaya Pariadji, pendeta yang seringkali 'bolak-balik ke surga' akhirnya berujung pada pemecatan pendeta Joshua Tumakaka pada 6 Juli 2012 yang lalu. Sebelumnya ia adalah pendeta terbaik yang menjadi andalan Gereja Tiberias Indonesia. Selain karena setiap jadwal khotbahnya dipenuhi jemaat yang histeris, suatu hal yang biasa dalam kekristenan kharismatik, ia juga lulusan terbaik sebagai Doktor Theologi dari Harvest International Theologi Seminary. Posisi terakhirnya adalah menjabat sebagai Ketua Sekolah Tinggi Teologia Tiberias.
Ratu Pantai Selatan: Nyi Roro Kidul
Hal yang menarik dari salah satu alasan pemecatan itu, yakni karena Pdt. Joshua Tumakaka dituduh sebagai pengikut Nyi Roro Kidul, Sang Legenda Ratu Pantai Selatan. 'Saksi' dari Gereja Tiberias Indonesia mengatakan bahwa Pdt. Josua Tumakaka ini seringkali melakukan ritual khusus berendam telanjang bulat setiap malam Jumat Kliwon di Pantai Selatan bersama-sama dengan anak istrinya dan pembantunya.
Pdt. Josua Tumakaka dikatakan telah mengikat perjanjian darah dengan Nyi Roro Kidul selama 30 tahun. Ia akan diberikan kekayaan dan pengikut yang banyak, namun tumbalnya adalah bayi-bayi dan janin bayi dalam kandungan jemaat-jemaat wanita yang telah didoakan oleh Pdt. Joshua Tumakaka.
Pdt. Joshua Tumakaka meminta kekayaan kepada Nyi Roro Kidul sebesar Rp.15 milliar, juga ingin merebut Roh Martir, yaitu Roh the Bestnya Pdt. Yesaya Pariadji. Adapun Nyi Roro Kidul meminta tumbal 10.000 bayi selama 30 tahun perjanjiannya dengan Pdt. Josua Tumakaka.
Tuduhan itu diperkuat dengan adanya perilaku yang dianggap menyimpang dari ajaran Alkitab menurut Pdt. Yesaya Pariadji, yaitu bahwa Pdt. Joshua Tumakaka dituding seringkali melakukan Perjamuan Kudus dengan Air putih, bukan dengan roti dan anggur. Menurut Pdt. Yesaya Pariadji, roh jahat itu takut dengan Anggur dalam Perjamuan Kudus.
Dan, anehnya cerita diatas berasal dari acara 'kesaksian' yang diselenggarakan oleh Gereja Tiberias Indonesia (GTI) di Hotel Gading Indah, Kelapa Gading, Jakarta Utara (9/ Nov 2012), dimana seorang jemaat wanita GTI Eunike Stella kerasukan… Nyi Roro Kidul.
Astaga! Jadi selain menganggap adanya Nyi Roro Kidul sebagai Roh Jahat yang suka menghisap darah bayi, disisi yang lain juga mempercayai 'khotbah' si Roh Jahat tersebut!
Dan kenapa si Roh Jahat tersebut bisa datang bahkan mengintervensi acara baptisan yang diyakini sakral, penuh malaikat penjaga dan bebas dari pengaruh setan!?
Hm... Nyi Roro Kidul benar-benar 'menguasai' Gereja Tiberias.
Note:
Pdt. Joshua Tumakaka juga dituding telah dua kali membayar orang Ambon untuk membunuh anaknya Pdt. Yesaya Pariadji. Juga disebut suka minta uang dari jemaat, korupsi uang Gereja, menyogok Jadwal Pelayanan, dan juga tuduhan memelihara, astaga… 7.000 Tuyul.
Menurut Humas Gereja Tiberias, ada juga banyak laporan yang masuk dari para jemaat yang pernah didoakan oleh Pdt. Joshua Tumakaka, bahwa banyak dari mereka yang mengalami keguguran, bayi mati, keluarga hancur, bisnis bangkrut, hutang-hutang, dan murtad karena si Pendeta yang dicap pengikut Nyi Roro Kidul itu setiap hari melempar Alkitab sebelum berdoa.
Anda bisa melihat video 'Nyi Roro Kidul' yang bisa mengintervensi acara baptisan di: http://www.youtube.com/watch?v=7TnFFgHsZt0 Video ini diunggah oleh pengikut Pdt. Joshua Tumakaka. Sedangkan video pertama dari Gereja Tiberias Indonesia telah diremove oleh yang meng-upload, mungkin setelah menyadari kejanggalan dan kontroversi yang justru merugikan GTI sendiri.
Setelah dipecat dari Gereja Tiberias, Pdt. Joshua Tumakaka kemudian mendirikan Grace of Christ Community Church, dimana para jemaat yang setia kepadanya di Gereja Tiberias akhirnya eksodus mengikuti Pdt. Joshua Tumakaka.