Menurut penulis Yohanes (8:31-32), Yesus mengatakan kepada orang-orang Yahudi yang sudah percaya kepadanya; untuk mengikuti ajarannya, sehingga benar-benar bisa disebut sebagai pengikut Yesus.
"Kalau kalian hidup menurut ajaranku kalian sungguh-sungguh pengikutku, dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu"
Dengan mengikuti ajaran Yesus, maka akan mengetahui kebenaran atau hukum-hukum Allah yang diajarkan melalui Yesus.
"Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang kudengar dari Allah"
Bila kita telah mengetahui kebenaran, maka kebenaran itu akan memerdekakan kita, karena kita bisa terhindar dari menjadi hamba dosa, yakni dengan cara mentaati perintah dan menjauhi larangan berdasarkan kebenaran atau hukum-hukum dari Allah, Tuhan yang disembah oleh Yesus, Tuhan kita semua. (lihat Yohanes 8: 37, 40).
Tetapi, puluhan tahun setelah tidak ada Yesus, ada seorang dari Tarsus yang bukan saksi mata dari Yesus yang berulang kali mengklaim sebagai rasul (note: rasul dalam terminologi kekristenan, yaitu sebagai murid atau utusan Yesus, ia sebagai rasul ke-13?).
Ia yang bernama Paulus mengatakan:
"Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus" (1Korintus 11:1).
Nah, bukankah secara tidak langsung Paulus mengkudeta kepemimpinan Yesus? Merebut pengikut Yesus agar menjadi pengikut dirinya dengan menyandarkan pada nama Yesus yang telah di-Kristus-kan!
Hal itu semakin nyata karena Paulus juga dengan "otoritasnya" berkata dalam Galatia:
"Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia" (Galatia 1:8-9).
Padahal: Paulus bukanlah seorang saksi mata kehidupan Yesus sehingga tidak patut disebut sebagai rasul; Paulus memberitakan suatu injil yang berbeda dari injil yang diberitakan Yakobus dan komunitasnya yang tetap memberlakukan semua tuntutan Taurat kepada orang-orang Kristen Yahudi maupun bukan Yahudi, sekaligus juga menolak Paulus dengan tegas dan mencapnya sebagai seorang penyesat yang telah menghujat Taurat; dst...
Namun, karena kondisi-kondisi sosial-politik yang menguntungkan diri Paulus, dan menguntungkan juga para bapak gereja yang berpikir dalam jalur pemikiran Paulinian, maka ajaran-ajaran Paulus ditahbiskan menjadi ajaran-ajaran ortodoks kekristenan, dan karenanya dipandang sebagai ajaran satu-satunya yang benar dan lurus bagi gereja Kristen di Eropa (kekristenan Barat) pada masa abad-abad pertama Masehi, bahkan buat gereja-gereja pada abad ke-21 ini, khususnya gereja-gereja aliran Reformed. Dengan demikian, agamanya Paulus telah menggantikan agamanya Yesus.
Jadi, tidakkah Paulus telah merebut pengikut Yesus?!
^_^ Isha Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar