Paulus dan Abdullah ibn Sabaa


The first Christian, begitulah Karen Armstrong menyebut Paulus. Lalu Yesus? Jelas, Yesus seorang Yahudi. Ia lahir sebagai Yahudi, hidup sebagai Yahudi, dan - menurut Armstrong - mati sebagai Yahudi. 

Menganalisis setiap kalimat yang keluar dari Yesus, dan membandingkannya dengan apa yang 'dikredokan' Paulus sebagai pondasi kekristenan membuat kita terperangah. Selalu bertolak belakang!

Lukas 16:17 mencatat kata-kata Yesus: "Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal." Matius 5:17-18 juga mencatat: Janganlah kamu menyangka bahwa aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau Kitab para Nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya melainkan untuk menggenapkannya. Karena aku berkata kepadamu, "Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi, satu iota pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi." Sementara Yohanes 7:49 mencatat, "Tetapi orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!"

Itu Yesus. Apa kata Paulus? Beda lagi. Dalam I Korintus 15:56, Paulus mengatakan: "Sengat maut adalah dosa. Dan kuasa dosa adalah hukum Taurat." Dalam Roma 4:15, ia berpandangan, "Karena hukum Taurat membangkitkan murka, tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran."

Setelah beropini bahwa hukum taurat menyusahkan, Paulus berkata dalam Roma 7:6, "Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat." Sebelumnya, dalam Roma 6:14, Paulus mengatakan: "Sebab kamu tidak akan lagi dikuasai oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia." Puncaknya, sambil menanamkan doktrin ketuhanan Yesus, Paulus berkata dalam Efesus 2:15, "Sebab dengan matinya sebagai manusia, ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala segi dan ketentuannya."

Beberapa contoh kecil ini cukup membuat orang berkesimpulan, jika Yesus adalah Kristus, maka Paulus adalah Anti-Kristus. Bagaimana bisa Paulus, seorang Yahudi dari Tarsus yang sebelumnya dikenal sebagai penganiaya murid-murid Yesus itu bisa memutar balik semua dasar kekristenan?

Karen Armstrong mencatat setelah penelusurannya bertahun-tahun terhadap sejarah awal kekristenan. "...Saya kini mengetahui bahwa surat-surat rasul Paulus merupakan dokumen Kristen paling awal yang masih ada dan bahwa Injil, yang semuanya ditulis bertahun-tahun setelah kematian Paulus sendiri, ditulis oleh orang-orang yang telah mengadopsi versi kristennya Paulus. Bukannya Paulus menyimpangkan Injil, tetapi-lebih dari itu, Injillah yang justru memperoleh visinya dari Paulus...".
Maka kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan. (Al-Baqarah: 79)

Awalnya, inilah agama yang ditindas di seantero Imperium Romanum. Hingga, Konstantin, Kaisar cerdik itu membutuhkan stabilitas di negerinya yang mau tak mau harus dimulai dari perangkulan terhadap komunitas Kristen yang makin membesar. Atas prakarsanya, Konsili Nicea di tahun 327 M memvoting dasar-dasar kekristenan tentang ketuhanan Yesus, dosa waris, dan penebusan dosa. Semuanya hanyalah paganisasi sebagaimana dikehendaki oleh Konstantin. David Fiedler memberi sampul bukunya Ancient Cosmology and Early Christian Symbolism dengan tulisan plesetan dominan "Jesus Christ, Sun of God". Ya, karena semua yang diatributkan pada Yesus, - dari tanggal lahir, tempat lahir, hingga hari ibadah Minggu - adalah atribut Sol Invictus, dewa matahari yang dipuja Konstantin.

Maka, walk out lah Arius, Imam Alexandria dan pengikutnya yang tetap bersikukuh meyakini kenabian Yesus. Tragis, ia dibantai rezim Konstantin yang kemudian mengambil hasil konsili Nicea sebagai agama negara. Maka ketika Rasulullah shalallahu 'alaihi wassallam menulis surat untuk Heraklius, beliau tak lupa menuliskan kalimat, "...Masuklah Islam, niscaya Allah akan melimpahkan kebaikan kepada tuan dua kali lipat. Namun jika tuan berpaling, maka tuan akan menanggung dosa atas Arisiyin.." Arisiyin berarti para pengikut Arius yang dibantai.

Inilah sebuah agama yang dihasilkan dari konspirasi. Umberto Eco dalam Il Namo della Rosa menyindirnya sebagai 'derma Konstantin'. Sementara dalam The Da Vinci Code, Dan Brown menyebutnya 'kelicikan Konstantin, sang Kaisar Pagan'.

Unik juga. Modus operandi yang sama, dicobakan seorang Yahudi lain kepada agama Islam yang dibawa Muhammad shalallahu 'alaihi wassallam. Namanya 'Abdullah ibn Sabaa. Tetapi ia tak se-sukses Paulus. Ia hanya berhasil membangun sebuah sistem kepercayaan yang dikemudian hari disebut sebagai Syi'ah. Jika obyek Paulus adalah diri Yesus, maka 'Abdullah ibn Sabaa menggunakan 'Ali ibn Abi Thalib.

Al Qadhi Abu Ya'la ketika menjelaskan fitnah besar yang melanda kaum muslimin di masa khilafah 'Ali ibn Abi Thalib menyebut dengan jelas peran 'Abdullah ibn Sabaa. Satu kisahnya yang terkenal, ketika 'Ali dan pasukannya memasuki 'Iraq paska tahkim (arbitrase), 'Abdullah ibn Sabaa menghasut sekelompok orang untuk bersujud kepada 'Ali, yang disebutnya sebagai 'Pemegang wasiat Nabi, orang yang dipilih untuk menggantikan beliau, imam yang junjungan kaum beriman, manifestasi Allah di muka bumi'.

Ketika mendapati orang-orang itu sujud, 'Ali sangat marah dan memerintahkan membakar mereka. Maka 'Abdullah ibn Sabaa kembali beraksi, 'Aku telah mendengar hadits dari Nabi, bahwasanya beliau bersabda, "Tidak akan menyiksa dengan api kecuali Allah". Adakah kita kenal 'Ali selain sosok yang ini?"

Inilah dasar bagi salah satu sekte paling ekstrim dalam Syi'ah; Kaisaniyah yang sampai menempatkan kedudukan 'Ali sebagai manifestasi Allah. Guntur adalah geramnya, dan halilintar adalah cambuk 'Ali yang murka pada para durjana. Tentu saja kerahasiaan keyakinan yang terlindungi oleh taqiyyah menyebabkan munculnya berbagai aliran Syi'ah yang sangat banyak dari yang paling moderat hingga paling ekstrim. Tapi pilar ajaran mereka tiga: 'ishmah, ruj'ah, dan taqiyyah. Masing-masing bermakna bahwa para imam itu bersih dari dosa, kembalinya imam yang menghilang, dan kebolehan menyembunyikan keyakinan jika merasa terancam.

Leopold Weiss, Yahudi Polandia yang mengganti namanya menjadi Muhammad Assad setelah meraih hidayah mengisahkan perjalanannya di Iran dalam The Road to Mecca. Alangkah kontrasnya kegembiraan dan keriangan khas suku-suku Arab gurun yang ditemuinya di Hijjaz dan Najd dengan kemurungan dan kesayuan yang menjadi lekatan di wajah orang-orang Iran. Secara fisik mereka gagah, tetapi tidak tegap. Kesedihan yang parah. Seolah mendung selalu bergayut di raut muka itu. Ada apa ini! Adakah hubungannya dengan perayaan ratap duka yang senantiasa mereka lakukan di tanggal 10 Muharram untuk mengenang syahidnya Husain di Karbala?

Ya. Tepatnya bukan hubungan sebab akibat, tapi sama-sama akibat. Akibat dari sebuah shock budaya dan shock peradaban. Sebuah frustasi atas kekalahan peradaban mereka yang begitu agung dalam memori, peradaban Imperium Persia Sassaniyah. Ketika angkatan perang Khalifah 'Umar dipimpin Sa'd ibn Abi Waqqash menaklukan kekaisaran ini dan sekaligus membawakan Islam, kultus zoroaster telah memasuki palung kebekuan, sehingga ia tak mampu melakukan perlawanan terhadap ide dinamis baru dari jazirah arab. Peremajaan sosial dan intelektual yang sedang berkecambah di titik balik itu tiba-tiba larut oleh serbuan kekuatan baru yang sungguh-sungguh berbeda.

Islam hadir menghancurkan sistem kasta bangsa Iran kuno dan menghadirkan satu sistem sosial yang egaliter dan bebas. Islam membuka celah baru bagi berkembangnya energi-energi kebudayaan yang sejak lama menggelegak diam tak tentu bentuknya. Tetapi kultus keagungan keturunan Darius dan Xerxes yang tak serta merta terpinggir, seolah diputus, dipenggal antara hari kemarin dan esok. Hari ini, oleh Islam.

Suatu bangsa yang memiliki watak yang begitu halus, telah mendapatkan ekspresinya dalam dualisme asing agama Zand dan pemujaan pantheistis terhadap keempat unsur -udara, air, api dan tanah-, kini dihadapkan pada kesederhanaan Islam dengan monotheisme tak kenal kompromi. Peralihan itu, kata Leopold Weiss, terlalu tajam dan perih.

Lebih dari itu, ada perasaan terpendam mendalam ketika mereka mengidentikkan kemenangan cita Islam sebagai kekalahan peradaban mereka. Perasaan sebagai bangsa yang dikalahkan dan kehancuran tak kenal ampun terhadap wadah warisan peradaban mereka memperparah keberantakan mereka, sehingga Islam, yang bagi bangsa-bangsa lain adalah pembebasan dan rangsang kemajuan, menjadi sebuah kerinduan supernatural dan simbolik yang samar.

Syi'ah, yang digarap 'Abdullah ibn Sabaa menawarkan sesuatu yang lebih dekat dengan masa lalu jiwa-jiwa kalah ini. Doktrin mistik, manifestasi Tuhan dalam jasad-jasad terpilih yang agung, kesemuanya disambut sebagai jalan tengah untuk Islam yang lebih 'ramah' terhadap kejiwaan dan kemasyarakatan mereka. Syi'ah, yang hampir menyerupai pendewaan terhadap 'Ali dan keturunannya itu, menyembunyikan cita benih inkarnasi dan penjelmaan kembali terus menerus. Suatu cita yang sangat asing bagi Islam, tetapi sangat akrab bagi kalbu bangsa Iran. Syi'ah menawarkan ratap duka atas Husain sebagai cermin kepedihan atas kekalahan jiwa yang telah terjadi saat 'Umar menaklukkan peradaban lama mereka. Begitu seterusnya.

Oh, kini mudah menjawab, mengapa meski Syi'ah membenci Abu Bakr, 'Umar dan 'Ustman sebagai perampas hak 'Ali, kebencian itu dibidikkan lebih ganas kepada 'Umar. Mengapa bukan Abu Bakr si 'perampas' pertama? Karena, 'Umar lah yang meleburkan kebanggaan psikologis bangsa Iran itu, sesuatu yang diterakan dalam jiwa sebagai kenangan pahit; Imperium Sassaniyah. Dan 'Umar pun syahid di mihrab, di tangan seorang budak Iran bernama Firouz.[saf/islampetunjukjalan.blogspot].

Yesus Islam, 2nd Coming !


Turunnya Yesus Islam, Isa Al-Masih 'alaihissalam di akhir zaman merupakan bagian dari keimanan umat Islam dalam bab tanda-tanda besar (10 tanda) datangnya hari Kiamat.[1] Beliau turun ke bumi atas perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala, untuk membantu umat Islam sebagai golongan yang dimenangkan (ath-Thaifatul Manshurah) yang sedang berperang di jalan yang haq (kebenaran) melawan Dajjal dan pengikutnya.[2]

Sifat-sifat Isa Al-Masih 'alaihissalam yang tercantum di berbagai riwayat adalah beliau seorang laki-laki berperawakan sedang, berdada bidang, berkulit putih kemerah-merahan, berambut ikal terurai memenuhi kedua pundaknya dan rambutnya seolah-olah meneteskan air bagai manik-manik mutiara. Beliau turun di Menara Putih yang terletak sebelah timur kota Damaskus di Syam (Syiria), didampingi dua malaikat dimana beliau meletakkan kedua tangannya pada sayap dua malaikat tersebut.

Beliau turun pada waktu sedang didirikannya shalat Shubuh dan beliau shalat dibelakang pemimpin golongan tersebut. Beliau tidak membawa syari'at baru namun mengikuti syari'at yang dibawa oleh Nabi Muhammad shalallaahu 'alaihi wa sallam.[3]

Adapun Dajjal adalah makhluk yang mengaku sebagai Tuhan dengan berbagai kehebatan yang dimilikinya, seperti menurunkan hujan, menumbuhkan tanaman bahkan dapat menghidupkan orang mati dan sebagainya, sehingga banyak orang yang tertipu menjadi pengikutnya. Mereka juga memerangi umat Islam sehingga timbul berbagai kerusakan di permukaan bumi.[4] Dajjal akan muncul dari Iran diiringi 70.000 orang Yahudi Ashbahan.[5]

Dajjal bermata satu (buta sebelah) dan pada dahi Dajjal tertulis huruf kfr [kafir] dalam huruf Arab [ك ف ر ], tetapi hanya orang beriman saja yang bisa melihat tanda tersebut, sedangkan orang kafir tidak dapat melihatnya bahkan tertipu dengan kehebatannya, sehingga menjadi pengikut Dajjal yang dianggap sebagai Tuhan.[6]

Dajjal berjalan di muka bumi dengan sangat cepat seperti hujan yang ditiup angin dan masuk ke setiap negeri kecuali Makkah dan Madinah karena (kedua kota tersebut) dijaga para Malaikat. Ketika ia tidak dapat masuk Madinah, maka kota Madinah berguncang tiga kali, lalu keluarlah orang kafir dan munafiq, kaum munafiq laki-laki dan perempuan (keluar) menuju Dajjal.[7] Dalam riwayat lain, keluarlah orang munafiq laki-laki dan perempuan, dan fasiq laki-laki dan perempuan menuju Dajjal, itulah Yaumul Khalash atau hari Pembebasan.[8] Di riwayat yang lain, Dajjal tidak dapat masuk kedalam area dari empat masjid yaitu, Masjid al-Haram, Masjid Nabawy, Masjid al-Aqsha, dan Masjid ath-Thuur.[7] Fitnah Dajjal merupakan fitnah yang paling besar sejak Allah menciptakan Adam sampai hari Kiamat.[9] Dajjal akan dibunuh oleh Nabi 'Isa di Bab Ludd (suatu desa di dekat Baitul Maqdis, di Palestina.[10]

Selain membunuh Dajjal, Isa Al-Masih 'alaihissalam juga membinasakan Yakjuj dan Makjuj melalui doa beliau dan para sahabatnya kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala, di gunung Thuur. Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala mengirim sejenis ulat yang membinasakan Yakjuj dan Makjuj, dan mengirimkan sejenis burung untuk membersihan mayat-mayat mereka, serta menurunkan hujan sehingga bumi menjadi bersih dan kemudian tumbuh berbagai macam tanaman buah-buahan, dipenuhi berkah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.[11]

Turunnya Isa Al-Masih 'alaihissalam di akhir zaman tercantum di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih, bahkan riwayatnya mutawatir, diriwayatkan lebih dari 25 Sahabat Nabi Muhammad shalallaahu 'alaihi wa sallam. Beliau akan turun di Syam (Syiria) tepatnya di Damaskus pada menara timur dan terjadi ketika akan didirikan shalat Shubuh.[12]


Dalil dari Al-Qur'an al-Karim:

1.      Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala (yang artinya):

"(Ingatlah), ketika Allah berfirman: 'Wahai 'Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikanmu kepada akhir ajalmu dan mengangkatmu kepada-Ku serta menyucikan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu di atas orang-orang yang kafir hingga hari Kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya". (QS. Ali 'Imran 3:55).             

Lafazh: "sesungguhnya Aku akan menyampaikanmu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku", menurut Qatadah dan ulama lainnya: "Ini merupakan kalimat dalam bentuk muqaddam dan muakhkhar" (yaitu bentuk kalimat yang mendahulukan apa yang ada di akhir, dan mengakhirkan apa yang didahulukan). Artinya bahwa beliau telah diangkat ke langit dan pada akhir zaman menjelang Kiamat nanti akan diturunkan ke bumi, hidup sebagaimana manusia lainnya hingga wafatnya beliau di dunia.

2.      Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

"Dan karena ucapan mereka: Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, Isa putera Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya…" (QS. An-Nisaa' 4:157-158)

Ayat ini sebagai dalil untuk membantah orang-orang yang menyangka bahwa Nabi Isa telah dibunuh dan disalib.  Yang benar adalah bahwa Allah telah mengangkat Nabi Isa ke langit. Artinya bahwa beliau telah diangkat dalam keadaan hidup dengan ruh dan jasadnya. Hal ini yang membedakan antara Nabi Isa dengan nabi-nabi lainnya, juga kaum Mukminin pada umumnya, yang semua ruhnya diangkat oleh Allah sesudah mereka meninggal dunia.

3.      Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

"Dan sesungguhnya 'Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari Kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang (Kiamat) itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus." (QS. Az-Zukhruf 43: 61).

Lafazh: "memberikan pengetahuan tentang hari Kiamat",  menurut Ibnu 'Abbas sebagaimana yang tercantum dalam kitab Tafsiir Ibni Katsiir adalah turunnya Nabi Isa bin Maryam sebelum hari Kiamat (sebagai tanda menjelang terjadinya Kiamat). Selanjutnya Ibnu Katsir menyebutkan bahwa hadits-hadits tentang turunnya Nabi Isa sebelum hari Kiamat, sebagai Imam yang adil, dan hakim yang bijaksana adalah mutawatir, diriwayatkan dari Abu Hurairah, Ibnu 'Abbas, Abul 'Aliyah, Abu Malik, Ikrimah, Hasan, Qatadah, ad-Dhahhak dan selainnya.[13]


Dalil dari As-Sunnah:

1.      Dari Jabir bin 'Abdillah, bahwasanya Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Senantiasa ada segolongan dari umatku yang berperang demi membela kebenaran sampai hari Kiamat." Kemudian Rasulullah bersabda: "Maka kemudian turun 'Isa bin Maryam, kemudian pemimpin golongan yang berperang tersebut berkata kepada Nabi 'Isa: 'Kemarilah, shalatlah mengimami kami.' Kemudian Nabi 'Isa menjawab: 'Tidak, sesungguhnya sebagian kalian adalah pemimpin atas sebagian yang lain, sebagai penghormatan dari Allah bagi umat ini.[14]

2.      Sabda Nabi shalallaahu 'alaihi wa sallam:

"Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya, sudah dekat saatnya di mana akan turun pada kalian ('Isa) Ibnu Maryam sebagai hakim yang adil. Dia akan menghancurkan salib, membunuh babi, menghapus jizyah (upeti/pajak), dan akan melimpah ruah harta benda sehingga tidak ada seorang pun yang mau menerimanya.[15]

3.      Sabda Nabi shalallaahu 'alaihi wa sallam:

"Para Nabi itu bersaudara se-ayah, sedangkan ibu mereka berbeda-beda dan agama mereka satu. Aku adalah manusia yang paling dekat terhadap 'Isa bin Maryam, karena tidak ada Nabi lagi antara dia dan aku. Dan dia akan turun (kembali). Jika kalian melihatnya, maka kenalilah oleh kalian bahwa [ia adalah laki-laki yang sedang tingginya, berkulit putih kemerah-merahan, dia memakai dua buah baju yang agak kemerahan, seakan di kepalanya meneteskan air walaupun tidak basah. Dia akan mematahkan salib, membunuh babi dan menghapus jizyah serta menyeru manusia kepada Islam. Di zamannya, Allah akan menghancurkan seluruh agama kecuali Islam. Dan Allah akan membunuh al-Masih ad-Dajjal. Kemudian terciptalah keamanan di muka bumi, hingga singa dengan unta mencari makan (di tempat yang sama) dan (demikian pula) harimau dan sapi, juga serigala dan kambing, serta anak-anak kecil bermain-main dengan ular tanpa membahayakan mereka. Beliau tinggal selama empat puluh tahun, kemudian wafat dan kaum Muslimin menshalatkannya.[16]


Hikmah penting dari datangnya Yesus Islam, turunnya Nabi Isa Al-Masih 'alaihissallam, antara lain:

  1. Membantah kaum Yahudi yang beranggapan bahwa mereka telah membunuh Yesus. Padahal Yesus Islam, Isa 'alaihissallam  yang akan membunuh pemimpin mereka, yaitu Dajjal, disamping juga akan membinasakan Yakjuj dan Makjuj.
  1. Sesungguhnya Nabi Isa 'alaihissallam mengetahui di dalam Injil tentang keutamaan umat Nabi Muhammad shalallaahu 'alaihi wa sallam, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya (QS. Al-Fath 48:29; lihat Markus 4:31-32). Dan beliau berdo'a agar dimasukkan di antara mereka (umat Nabi Muhammad), lalu Allah mengabulkan do'a beliau, sehingga beliau dipanjangkan umurnya, turun pada akhir zaman, dan beliau menjadi mujaddid (pembaharu) agama Islam.
  1. Turunnya Nabi Isa 'alaihissallam membongkar kebohongan Kristen, yaitu dengan dihancurkannya salib, dibunuhnya babi, dan dihapuskannya jizyah (artinya tidak ada lagi pilihan untuk tetap sebagai Kristen, dengan membayar jizyah, tetapi harus masuk Islam). Hal ini juga sesuai dengan yang disebutkan dalam Matius 7:21-22, bahwa beliau tidak mengenal orang Kristen karena mereka adalah pembuat kejahatan, kejahatan terbesar, yaitu berbuat dzalim, yakni menyekutukan Allah.
  1. Beliau memiliki keistimewaan yang khusus, karena jarak antara beliau dengan Nabi Muhammad sangat dekat dan tidak ada Nabi lain yang memisahkan antara Nabi Isa 'alaihissallam dan Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa sallam.
  1. Isa 'alaihissallam berhukum dengan syari'at Nabi Muhammad dan menjadi pengikut Nabi Muhammad shalallaahu 'alaihi wa sallam. Beliau turun tidak untuk membawa syari'at yang baru, karena agama Islam penutup segala agama dan Isa 'alaihissallam menjadi hakim umat ini, karena tidak ada Nabi setelah Nabi Muhammad shalallaahu 'alaihi wa sallam.
  1. Zamannya Isa 'alaihissallam adalah zaman yang penuh ketenangan, keamanan dan keselamatan. Allah mengirimkan hujan yang deras, menjadikan bumi mengeluarkan tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Harta berlimpah serta dihilangkan sifat-sifat iri, benci, dan dengki.
  1. Lamanya Isa 'alaihissallam tinggal di bumi adalah selama 40 tahun (mungkin menikah, poligami), kemudian wafat, dishalatkan oleh umat Muslim dan dimakamkan di bumi.


[1]  Dalam HR. Muslim (no. 2901(40)); Abu Dawud (4311); Ahmad (IV/6); at-Tirmidzi (2183); Ibnu Majah (4055), dari sahabat Hudzaifah bin Asiid radhiyallahu 'anhu. 
[2]    HR. Muslim (no. 156 (247)); Ahmad (III/384); Abu 'Awanah (I/106); Ibnul Jarud (1031) dan Ibnu Hibban (6780) dari Sahabat Jabir bin 'Abdillah radhiyallahu 'anhu.
[3]   Qishshatul Masiih ad Dajjal wa Nuzuuli ‘Isa wa Qatlihi Iyyahu  (hal:142-143) Syekh Muhammad Nashiruddin al-Albani-rhm.
[4]   HR. Muslim (2937 (110).
[5]   HR. Muslim (2944), Ahmad (13277) dari Sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu.
[6]    HR. Al-Bukhari (7131, 7408); Muslim (2933); Abu Dawud (4316, 4318); at-Tirrnidzi (2245); Ahmad (III/103, 173,276,290), dari Sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu.
[7]    HR. Al-Bukhari (no. 1881), Muslim (no. 2943), Ahmad (III/191, 206, 238, 292).
[8]    HR. Ahmad (IV/338); Hakim (IV/543) dari Sahabat Mihjan bin al-Adru' radhiyallahu 'anhu.
[9]    HR. Ahmad, Imam al-Haitsamy berkata: "Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, rawi-rawinya shahih." (Majma'uz Zawaa-id VII/343). Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Rawi-rawinya tsiqah." (Fathul Baari XIII/105). Masjid ath- Thuur terletak di Thursina.
[10]  HR. Muslim (2946), dari Sahabat Imran bin Hushain radhiyallahu 'anhu.
[11]  HR. At-Tirmidzi (no. 2244), lbnu Hibban (no. 1901) Ahmad (III/420), dari sahabat Mujammi’ bin Jariyah al-Anshari radhiyallahu 'anhu. 
[12]   HR. Muslim (2937 (110)), dari An-Nawwas Ibni Sam'an radhiyallahu 'anhu.
[13]   Tafsiir Ibni Katsiir (IV/139-140), cet. Daarus Salaam.
[14]   HR. Muslim (no. 156 (247)); Ahmad (III/384); Abu 'Awanah (I/106); Ibnul Jarud (1031) dan Ibnu Hibban (6780) dari Sahabat Jabir bin 'Abdillah radhiyallahu 'anhu.
[15]   HR. Al-Bukhari kitab Ahaadiitsul Anbiyaa' bab Nuzuul ‘Isa Ibni Maryam no.3448), Fathul Baari (VI/490-494) dan Muslim Kitaabul Iimaan bab Nuzuul ‘Isa Ibni Maryam Hakiman bi Syari’ati Nabiyyuna Muhammad (155 (242)), dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu.
[16]   HR. Abu Dawud (no 4324); Ibnu Hibban (IX/450, 6775, 6782 dalam Ta’liiqatul Hasan) dan Ahmad (II/406, 437), dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu.


Landasan Dasar Keyakinan Muslim


Artikel ini merupakan adaptasi/ terjemahan dari artikel saudara Gary Miller yang telah diposting disini yang berasal dari sini atau yang ini.

Artikel ini sangat penting karena Dr. Gary Miller menunjukkan bagaimana kita dapat membangun iman yang benar dengan menetapkan standar kebenaran. Ilustrasinya sederhana tetapi merupakan metode yang efektif untuk menemukan arah yang benar dalam pencarian kita akan kebenaran. 

Dr Gary Miller [Abdul Ahad Omar] adalah seorang ahli matematika dan teologi. Ia telah aktif dalam pekerjaan misionaris Kristen, tetapi pada titik tertentu dari kehidupannya, ia menemukan pertentangan yang banyak di dalam Alkitab. Pada tahun 1978, ia mencoba membaca Al-Qur'an dengan harapan bahwa di dalamnya juga akan berisi campuran antara kebenaran dan kepalsuan.

Tetapi dia bahkan merasa takjub bahwa pesan Al-Qur'an ternyata sangat tepat sama dengan esensi dari kebenaran yang telah ia murnikan dari Alkitab. Ia kemudian menjadi Muslim dan sejak itu ia aktif dalam memberikan presentasi publik tentang Islam, baik di radio maupun tampil di televisi. Beliau juga sebagai penulis dari berbagai artikel dan publikasi tentang Islam. 


Dilema dalam Menerapkan suatu Alasan

Hampir semua dari kita pernah dihadapkan dengan pertanyaan dari seorang anak dengan mengulang satu kata berulang-ulang. Dia bisa jadi sangat frustasi kepada kita ketika dia bertanya, "MENGAPA?" Jika Anda meletakkan pisau di luar jangkauannya, dia ingin tahu "MENGAPA?" Ketika Anda menjelaskan ia tajam, dia bertanya "MENGAPA?" Dan kemudian Anda menjelaskan, "untuk memotong buah," dan ia bertanya, "MENGAPA?" Dan begitulah yang terjadi.

Hal itu menggambarkan suatu dilema dari penerapan suatu alasan. Yang harus kita lakukan ketika kita menerapkan suatu alasan adalah, pertama kita harus menetapkan standar bukti. Kita memutuskan untuk diri kita sendiri, "Apa yang akan membuat saya dapat merasa puas jika saya menemukan ini dan itu dan sebagainya, dan sebagainya, yang bagi saya hal itu merupakan sebuah bukti terakhir?" Kita harus memutuskan yang pertama, standar bukti tersebut.

Apapun yang akan terjadi karena hal itu, adalah bahwa pada isu-isu yang sangat penting, hal-hal filosofis, para pemikir menetapkan standar pembuktian dan mereka melihat pada subyek tersebut dan akhirnya mereka dapat sampai pada standar mereka. Mereka mungkin akan sampai pada suatu titik yang dapat dikatakan merupakan bukti. Tapi kemudian mereka meminta bukti dari suatu bukti [sehingga terjadi ketidakpuasan tanpa akhir].


Menetapkan Standar

Kunci untuk menghindari ketidakpuasan tanpa akhir ini adalah dengan memuaskan diri kita sendiri tentang standar pertama; dengan memuaskan diri kita bahwa ini dan itu adalah daftar kriteria yang merupakan bukti, bukti yang memuaskan, dan kemudian kita menguji pada subyek yang kita kaji. Secara khusus saya akan menerapkannya pada Al-Qur'an.

Katakanlah kepada seorang Kristen yang bijaksana, mengapa ia adalah seorang Kristen, dan biasanya ia akan menjawab, "Keajaiban dari Kebangkitan." Dasar keyakinannya adalah bahwa sekitar dua ribu tahun yang lalu seorang pria meninggal dan dia dibangkitkan dari kematian. Itulah keajaibannya, 'sokoguru' nya karena semuanya bergantung pada hal itu.

Katakanlah kepada seorang Muslim, "Yah, apa keajaiban Anda? Mengapa Anda adalah seorang Muslim? Apa keajaiban Anda? Mengapa kamu seorang Muslim? Dimana keajaiban Anda?" dan seorang Muslim bisa pergi dan mengambil keajaibannya dari rak dan menyerahkannya kepada Anda karena keajaibannya masih tetap bersama kita hari ini. Itu adalah Al-Qur'an; itulah 'sokoguru' nya.


Tanda dari Allah

Sementara semua nabi memiliki tanda-tanda mereka, Musa memiliki persaingan dengan para penyihir dan Firaun, Yesus menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati dan sebagainya, satu Tanda telah diberikan kepada yang terakhir dari para Nabi. Menurut Muslim, itu adalah Al-Qur'an. Dan itu satu Tanda yang masih bersama kami. Bukankah hal itu semua terlihat adil, bahwa jika masa kenabian telah berakhir, maka Nabi terakhir harus membawa sesuatu yang tetap bersama dengan kita, sehingga, secara nyata, seorang Muslim yang menjalankan agamanya secara serius tidak menderita kerugian dari Muslim yang hidup empat belas abad yang lalu?

Orang-orang yang hidup bersama dengan Nabi, memiliki akses yang tidak lebih banyak dari informasi yang diperlukan daripada yang kita miliki saat ini. Mereka memiliki Al-Qur'an. Itu adalah tanda bagi mereka. Hal itu masih sebagai tanda untuk kita hari ini, keajaiban yang sama.

Nah, mari kita menguji Al-Qur'an. Misalkan jika saya mengatakan pada seorang pria, "Aku tahu ayahmu." Mungkin ia akan menganalisa, berpikir dan melihat apakah ada kemungkinan bahwa saya telah bertemu ayahnya. Jika dia tidak yakin, dia akan mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti: "Anda tahu ayah saya, katakanlah, apakah beliau seorang pria yang tinggi? Apakah beliau berambut keriting? Apakah beliau memakai kacamata?" dan sebagainya. Jika saya memberikan jawaban yang benar atas semua pertanyaan ini, tak lama kemudian dia menjadi yakin. "Baiklah, kurasa orang ini memang mengenal ayah saya seperti yang dikatakan." Anda memahami metode ini.


Teori Big Bang

Ayat dalam Al-Qur'an mengklaim bahwa 'Penulis' Al-Qur'an telah ada sebelum alam semesta pertama kali muncul, sebelum kehidupan pertama kali dimulai milyaran tahun lalu.

Kita memiliki hak untuk mempertanyakan klaim ini. Kita meminta kepada 'Penulis' Al-Qur'an ... "Baik, beritahu kita sesuatu untuk membuktikan kepada kita bahwa ANDA ada di sana ketika alam semesta dimulai, ketika kehidupan dimulai."

Dalam menjawab tantangan kita, Al-Qur'an berisi pernyataan awal yang sungguh menakjubkan, luar biasa, yaitu: "Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu adalah satu kesatuan [suatu yang padu] dan kemudian Kami pisahkan mereka; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?" (QS. Al-Anbiya' 21:30).
(dalam Al-Qur'an, penggunaan kata 'Kami' tidak menunjukkan pluralitas bahwa ada beberapa Tuhan, tetapi sebagai tanda penghormatan/ plural majestik).

Ada 3 poin penting dalam ayat Al-Qur'an tersebut. Pertama dari semua, adalah bahwa orang-orang kafir yang disebutkan sebagai orang yang akan menemukan bahwa langit dan bumi adalah satu kesatuan, dan kemudian berpisah, dan adalah orang-orang kafir (non-Muslim) pula yang akan MENEMUKAN bahwa semua kehidupan berasal, dibuat dari air.

Kebetulan, teori yang diterima secara universal dari 'asal-usul alam semesta' sekarang ini adalah TEORI BIG BANG. Teori yang menyatakan bahwa pada satu waktu SEMUA LANGIT DAN BUMI adalah satu kesatuan, suatu 'monoblock' seperti yang disebut. Pada titik tertentu dalam suatu waktu, 'monoblock' ini meledak dan terus menerus berkembang. Inilah asal mula dari alam semesta yang kita miliki saat ini.

Konfirmasi terakhir,
Penghargaan Nobel dalam Fisika diberikan hanya beberapa tahun yang lalu untuk mereka yang mengkonfirmasi Teori Big Bang sebagai asal usul alam semesta. Dan hanya 200 tahun yang lalu, Antonie van Leeuwenhoek dan lainnya melalui mikroskop yang telah disempurnakan menemukan untuk pertama kalinya bahwa sel-sel hidup tersusun dari 80% air.

Informasi diatas yang telah dikonfirmasi secara ilmiah baru dalam 2 abad terakhir, sudah dapat ditemukan dalam Al-Qur'an sejak dari 14 abad yang lalu! Mungkinkah hal itu ditulis oleh orang biasa atau hal itu hanya dapat terjadi melalui pekerjaan Allah? 

Ayat tersebut menyatakan bahwa orang-orang kafir akan membuktikan secara ilmiah Teori Big Bang dan bahwa sel-sel hidup terbuat dari air. Mereka pemenang hadiah Nobel dan orang Belanda yang menemukan mikroskop bukan seorang muslim. Namun mereka membenarkan pernyataan penting bahwa pada suatu waktu, alam semesta adalah satu kesatuan, bahwa kehidupan terbuat dari air, seperti ayat yang mengatakan:

"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu adalah satu kesatuan [suatu yang padu] dan kemudian Kami pisahkan mereka; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?" (QS. Al-Anbiya' 21:30).

Bukankah ini membuktikan bahwa 'Penulis' Al-Qur'an, telah menjawab tantangan, "Apakah Dia telah ada ketika alam semesta baru dimulai, ketika kehidupan baru dimulai."


Menentukan Sikap

Setiap orang harus berkomitmen untuk sesuatu. Anda harus bersikap tegas pada beberapa hal. Adalah tidak mungkin untuk bersikap netral pada setiap saat. Telah ada titik acuan dalam kehidupan setiap individu yang dapat berpikir. Anda harus mengambil posisi di suatu tempat. Pertanyaannya, tentu saja, adalah untuk bersikap tegas di tempat yang tepat. Karena tidak ada sesuatu hal seperti bukti-bukti dan sebagainya, untuk menemukan suatu tempat yang tepat dalam mengambil tindakan yang tegas, untuk mengambil sikap, kita harus mencari dan menemukan tempat itu dan itu adalah dengan metode yang saya berharap dapat menggambarkannya disini.

Ini adalah pertanyaan untuk menemukan titik konvergensi. Anda lihat, kita mencari untuk menemukan kebenaran di banyak tempat dan kita mulai mengetahui bahwa kita berhasil dalam menemukan kebenaran jika semua jalan yang berbeda kita kumpulkan; kemudian kita mulai secara bersama pada titik yang sama. 

Jika kita memeriksa, menelaah suatu buku, mencari bukti asal ilahi, dan kita dituntun kepada Islam, itu adalah satu jalan. Jika pada saat yang sama, kita menganalisa kata-kata dari semua orang yang dikenal sebagai Nabi dan kita menemukan diri kita menuju kepada Islam, maka kita memiliki dasar yang kokoh untuk percaya. Kita mulai mencari kebenaran dalam dua tempat yang berbeda dan menemukan diri kita berada di jalan menuju tujuan yang sama. 

Tidak ada yang pernah membuktikan segala sesuatu. Kita harus berhenti di beberapa titik yang memuaskan diri kita sesuai dengan standar kita seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya. Intinya adalah, untuk menentukan sikap dan untuk memastikan hal itu di tempat yang tepat, kita ingin menganalisa semua bukti di sekitar kita dan melihat hal itu menuntun kita dan mengantisipasi titik konvergensi; untuk mengatakan-sepertinya semua hal mengarah ke tempat ini. Kita pergi ke tempat itu dan kemudian melihat data di sekitar kita untuk melihat apakah itu cocok ditempatnya. Apakah sekarang masuk akal? Apakah kita berdiri di tempat yang tepat?


Perluasan Langit

Izinkan saya menunjukkan lebih banyak dari penelitian kami terhadap Al-Qur'an, dan kemudian terhadap beberapa sabda Rasulullah (SAW) untuk menemukan titik konvergensi. 

"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar Meluaskannya." (QS. Adz-Dzariyat 51: 47).

Dalam ayat tersebut, disebutkan bahwa langit mengembang. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, ini berhubungan dengan asal-usul alam semesta 'Big Bang', seperti yang biasanya disebut, dan itu pada tahun 1973 dimana hadiah Nobel diberikan kepada tiga pria yang menyatakan bahwa, setelah semua, alam semesta mengembang.
 
Berbagai pendapat dari umat Islam selama berabad-abad terhadap ayat ini yang membicarakan tentang langit, sangat menarik. Di antara mereka yang paling bijaksana, menyatakan bahwa ayat tersebut sangat jelas, bahwa langit mengembang, bertambah luas, tetapi mereka tidak dapat membayangkan bagaimana bisa begitu. Dan mereka sudah puas dengan menuliskan kata-kata seperti yang mereka katakan, Wallahu'alam, Allah knows best.


Kota Iram

Al-Qur'an menyebutkan sebuah kota bernama Iram (QS. Al-Fajr 89:7). Kota Iram belum diketahui informasinya dalam sejarah, sehingga tidak ada bahkan dari para komentator muslim, terlepas karena malu atau perasaan untuk membela agama, mereka ada yang berpendapat bahwa kota yang disebutkan dalam Al-Qur'an ini mungkin hanya sebagai kiasan, bahwa Iram adalah mungkin nama seseorang dan bukan sebuah nama kota. 

Pada tahun 1973, penggalian di Syria di lokasi kota kuno Eblus menemukan koleksi yang terbanyak berupa tulisan-tulisan kuno pada tablet tanah liat. Bahkan, perpustakaan yang ada di Eblus memiliki banyak tablet-tablet tanah liat yang berusia lebih dari empat ribu tahun dari semua tablet lainnya yang digabungkan dari semua situs lainnya.

Menariknya, Anda akan menemukan rincian di National Geographic dari tahun 1978 yang menegaskan bahwa pada tablet-tablet tersebut, disebutkan nama kota Iram. Orang-orang Eblus melakukan bisnis dengan orang-orang Iram. Jadi di sini tahun 1973, datang konfirmasi dari fakta bahwa, setelah semua, disana sebenarnya ada sebuah kota kuno dengan nama tersebut, dimanapun itu. Bagaimana hal itu bisa menemukan jalan ke Al-Qur'an? 


Materi Terkecil

Sebagai contoh, ada sebuah kata dalam bahasa Arab yang disebut zarrah. Biasanya kata ini diterjemahkan sebagai 'atom' dan dalam bahasa Arab dimaksudkan sebagai materi terkecil yang ada pada satu waktu. Mungkin, ada juga orang-orang Arab masa lalu yang mengartikan itu adalah seekor semut atau sebutir debu. Saat ini, kata tersebut biasanya diterjemahkan sebagai 'atom'. 

Bagi pihak yang bermaksud mengakali/ menolak Al-Qur'an, mereka mengatakan bahwa, atom bukanlah sebagai materi yang terkecil karena pada abad ini telah ditemukan bahwa, bahkan atom terbuat dari bagian yang lebih kecil dari suatu materi. 

Mungkinkah mereka dapat menolak Al-Qur'an dengan menggunakan perkataan tersebut? 
Nah, ada sebuah ayat yang menarik, dalam surah 10, ayat 61, yang (juga) membicarakan tentang ukuran materi dari zarrah (atom) atau yang lebih kecil. Dengan ayat ini, maka tidak ada peluang bagi seseorang untuk mengatakan bahwa penemuan baru telah membuat kata-kata dari Al-Qur'an menjadi usang/ tertolak pada masalah ukuran materi atau partikel akhir. 

Ayat ini membahas (antara lain) tentang ukuran materi dari zarrah (atom) atau yang lebih kecil. [oleh karena itu, ditulis dalam Al-Qur'an bahwa atom BUKAN partikel terkecil!].

Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur'an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). [QS. Yunus 10:61].


Pengampunan

Berbicara tentang penolakan terhadap Al-Qur'an, satu sudut pandang Islam adalah bahwa ketika seseorang memeluk agama Islam, maka seluruh dosa masa lalunya diampuni dari awal. Ini telah menjadi semacam undangan dari Islam untuk datang ke Islam dimana semua dosa dari masa lalu akan diampuni. 

Dan pertimbangkan ini. Hanya ada satu musuh Nabi Muhammad SAW, yang disebutkan namanya dalam Al-Qur'an, yaitu Abu Lahab. Dalam suatu surat pendek dari Al-Qur'an, ia dikutuk untuk hukuman atas dosa-dosanya.

Seperti yang terjadi, orang itu sendiri (Abu Lahab) masih hidup selama bertahun-tahun setelah turunnya wahyu, ayat Al-Qur'an tentang hal itu. Oleh karena itu, dia sebenarnya bisa masuk Islam dengan sangat mudah. Dia hanya perlu pergi ke umat Islam untuk mengumumkan pertobatannya. Di tangan mereka ada wahyu yang mengatakan bahwa orang itu telah dipastikan akan hukumannya. Dia bisa saja pergi ke Muslim dan berkata: "Saya menerima Islam, apakah saya diampuni atau tidak" 

Dia dapat membuat kebingungan besar diantara mereka dalam menyelesaikan hal tersebut (bila dia melakukannya), karena dia telah membuat mereka dalam posisi dilematis. Kebijakannya adalah pengampunan instan, seketika atas dosa-dosa masa lalu, tetapi kitab suci mereka sendiri mengungkapkan, mengumumkan bahwa dia tidak diampuni. Seperti itulah, Abu Lahab meninggal tanpa menerima Islam.


Prediksi/ Nubuat

Bahkan, Al-Qur'an dengan secara tegas menubuatkan beberapa hal hanya beberapa tahun sebelum peristiwa tersebut terjadi. Jatuhnya kekaisaran Persia, misalnya, telah diprediksikan, terlepas dari fakta bahwa ia baru saja mengalami kemunduran militer secara serius. Yang jelas, dalam surat Ar-Ruum, jatuhnya kekaisaran Persia yang berarti kemenangan atas kekaisaran Roma memang telah dinubuatkan.

Bukti Asal Ilahi

Beberapa orang mungkin ingin menemukan banyak hal dalam Al-Qur'an. Metode yang jujur dalam memeriksa kitab ini, mencari bukti asal Ilahi, adalah berdasarkan pada nilai mereka  untuk melihat hal-hal itu secara jelas dan untuk melihat pada tempat dimana kita diajak untuk melihat. Ingat bagian yang saya kutip sebelumnya: "Bukankah orang-orang kafir melihat..." Ini frase umum dari Al-Qur'an: "Wahai manusia, apakah Anda tidak melihat." Undangannya adalah untuk memeriksa bukti di tempat-tempat itu. Kita melakukan hal yang masuk akal jika kita meneliti kata-kata yang digunakan untuk mencari arti yang diragukan dan untuk menemukan bukti asal-usul Ilahi. 

Setiap diri kita adalah seorang ahli untuk beberapa hal. Seseorang tidak harus memiliki gelar dalam mata pelajaran tertentu untuk memutuskan bahwa sekarang, "Saya dapat menggunakan keahlian saya pada Al-Qur'an dan melihat apa yang dapat saya temukan." Diri kita semua sekarang ini adalah sesuatu, [sesuatu yang sangat berharga] untuk beberapa hal berdasarkan pengalaman dan kehidupan kita sendiri.

Saya mendengar sebuah cerita, beberapa tahun lalu di Toronto, dari seseorang yang diberi Al-Qur'an untuk dibaca. Pria itu adalah anggota dari marinir pedagang yang menghabiskan hidupnya di atas laut. Ketika ia membaca sebuah ayat dalam Al Qur'an yang menggambarkan gelombang di lautan, "gelombang dalam gelombang dan kegelapan diantaranya," ia terkejut karena gambaran itu baru saja ia lihat saat itu. Ketika ia mengembalikan Al-Qur'an kepada orang yang memberikan kepadanya untuk dibaca, ia bertanya kepadanya (karena dia benar-benar tidak tahu tentang asal-usul Islam): "Muhammad ini, apakah dia seorang pelaut?" Yah, tentu saja, dia terkejut mengetahui bahwa beliau menghabiskan hidupnya di padang pasir. Jadi ia harus bertanya kepada dirinya sendiri: "Dari mana ia mendapatkan pengetahuan tentang apa yang tampak seperti di lautan penuh badai?" 

Kita semua tahu sesuatu yang mana kita bisa menjadi yakin dan jika kita dapat kembali ke Al-Qur'an untuk membaca apa yang dikatakan tentang subjek itu, kita dapat memperoleh konfirmasi dari keyakinan kita dalam asal-usul Ilahi dari kitab suci itu.


Dua Fenomena

Seorang teman saya dari Universitas Toronto, memiliki pengalaman berurusan dengan seorang pria yang sedang bekerja sesuai gelar doktornya dalam bidang psikologi. Dia memilih sebagai subjeknya: 'Efisiensi dalam Diskusi Kelompok'. 

Dia menyarankan sejumlah kriteria untuk apa yang menurutnya merupakan diskusi yang efisien. Dia menggambarkan prosesnya; yaitu, ia mencapai ukuran efisiensi dari semua kelompok dalam diskusi mereka menurut sebuah indeks dengan sistemnya. Pada grafiknya, ia menunjukkan kemajuan yang dibuat oleh kelompok diskusi dalam berbagai ukuran. 

Hal menarik yang terjadi, yang tidak ia perkirakan ketika ia memulai proyek tersebut adalah bahwa, sementara ada beberapa perbedaan diantara ukuran dari berbagai kelompok diskusi tersebut dan seberapa baik mereka menjalankan diskusi itu, ia terkejut karena menemukan bahwa kelompok diskusi dengan dua orang, berada pada skala yang tertinggi! Dengan kata lain, apabila dua orang duduk untuk mendiskusikan sesuatu, mereka akan jauh lebih efisien daripada kelompok diskusi dalam ukuran lainnya karena ia akan memenuhi skala pengukuran sesuai metode darinya!

Ketika teman saya mendengar tentang hal ini, sepertinya ada sesuatu di benaknya. Teman saya, menjadi seorang Muslim, kita tahu ada sesuatu yang familiar tentang ide ini. Peneliti psikologi bukanlah seorang Muslim. Dia berdebat dengan dirinya sendiri untuk mengubah topik tesisnya. Haruskah ia menyebutnya 'Fenomena dari Dua' atau 'Dua Fenomena?' Dia menjadi sangat takjub dengan penemuannya. 

Sementara itu, teman saya menemukan bahwa ada sebuah ayat dalam Al-Qur'an, dan ia menemukannya untuk dirinya sendiri di malam yang sama, yang berbicara tentang diskusi dan ukuran kelompok dan seberapa efisien mereka. Dan mungkin kita tidak perlu terkejut atas penemuan bahwa kelompok yang terdiri dari dua orang menjadi yang terbaik dalam mencapai hasil yang diharapkan. Ayat utama dalam Al-Qur'an berbunyi, mengenai kelompok diskusi, bahwa ketika membahas Al-Qur'an seseorang harus duduk sendirian dan merenungkan maknanya  atau mendiskusikannya dalam, kelompok-dua.


Penggunaan dan Penjelasan dari setiap Kata

Bagi saya sendiri, seperti yang telah saya katakan bahwa setiap orang ingin mengetahui sesuatu supaya menjadi yakin atau memiliki minat dan pengalaman hidup; minat saya adalah dalam matematika dan logika. 
Ada sebuah ayat dalam Al-Qur'an yang mengatakan:

Alif laam raa, (ini adalah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan sempurna dan kemudian dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu (QS. Huud 11:1).
Yang memberitahu saya bahwa tidak ada perkataan yang sia-sia dalam Al-Qur'an, bahwa setiap ayat adalah sempurna dan kemudian dijelaskan. Tidak mungkin dalam bentuk yang lebih baik. Seseorang tidak bisa menggunakan kata-kata yang lebih sedikit untuk mengatakan hal yang sama atau jika seseorang menggunakan lebih banyak satu kata hanya akan menambahkan informasi berlebihan. 

Ini mengarahkan perhatian saya ke subjek matematika tertentu, subjek logis, dan saya menganalisa Al-Qur'an untuk melihat apakah saya bisa menemukan sesuatu dari apa yang saya tahu untuk menjadinya sebagai kasus.

Sebuah revolusi dalam logika telah terjadi dalam seratus tahun terakhir, terutama melalui perbedaan antara penggunaan dan penyebutan kata-kata. Struktur dari logika tampaknya dalam bahaya dari keruntuhan sekitar seratus tahun yang lalu karena itu menjadi perhatian dari orang-orang yang mempelajari masalah tersebut, bahwa struktur itu tidak cukup dukungan. Isu ini melibatkan 'referensi-diri' dan penggunaan maupun penyebutan dari kata-kata yang akan saya jelaskan secara singkat.
Hukum Aristoteles 'excluded middle' adalah pernyataan bahwa setiap pernyataan bisa benar atau salah. Sekitar seratus tahun yang lalu, seseorang menunjukkan bahwa hukum 'excluded middle' adalah pernyataan dan karena itu bukanlah hukum itu sendiri. Karena itu meliputi keduanya, baik yang salah ataupun benar.
Ini merupakan simpul kusut bagi ahli logika yang mesti dilepaskan sehingga mereka dapat memahami perbedaan antara penggunaan dan penyebutan dari sebuah kata.
Ketika kita menggunakan kata, kita mempertimbangkan maknanya. Ketika kita menyebutkan kata, kita membahas kata itu sendiri. Jika saya mengatakan Toronto adalah kota besar, maksudku Toronto, tempat itu, adalah sebuah kota yang besar. Jika saya mengatakan Toronto memiliki tujuh huruf, saya berbicara tentang kata 'Toronto'. Dalam kasus pertama saya menggunakan kata, dan dalam kasus kedua saya sebutkan kata. Anda lihat perbedaannya.


Yesus dan Adam

Menghubungkan ide-ide dan gagasan bahwa Al-Qur'an terdiri dari ayat-ayat yang disempurnakan dan kemudian diuraikan untuk kita, perhatikan ayat yang mengatakan: 

"Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. (QS. Ali Imran 3:59) 

Sangat jelas bahwa apa yang kita dapatkan dalam pernyataan itu adalah suatu persamaan. Ayat ini selanjutnya menjelaskan bagaimana hal itu benar karena mereka berdua diciptakan dalam kondisi yang tidak biasa, tanpa melalui peranan ibu dan ayah dalam cara reproduksi yang biasa bagi manusia. Tapi lebih dari itu, saya harus mempertimbangkan penggunaan penyebutan kata-kata.

Kata-kata yang digunakan cukup jelas. Yesus seperti Adam dan untuk Yesus dan Adam, kita maksudkan itu adalah dua orang pria. Tapi bagaimana dengan penyebutan kata-kata? Adalah penulis menyadari fakta bahwa jika kita sedang mempertimbangkan kata-kata sebagai kata-kata sendiri, kalimat ini juga terbaca bahwa 'Yesus' adalah sesuatu seperti 'Adam'. Yah, mereka tidak ditulis dengan huruf yang sama, bagaimana mereka bisa sama dalam wahyu ini? Satu-satunya jawaban datang pada saya cukup cepat dan saya mengambil, melihat indeks dari Al-Qur'an. 

Indeks Al-Qur'an telah tersedia bahkan sejak tahun 1945. Buku ini adalah hasil dari kerja bertahun-tahun oleh seorang pria dan murid-muridnya yang disusun menjadi sebuah buku yang berisi daftar setiap kata dalam Al-Qur'an dan dimana kata tersebut dapat ditemukan. 

Jadi, ketika kita mencari kata Isa (Yesus), kita menemukannya dalam Al-Qur'an sebanyak dua puluh lima kali. Ketika kita mencari Adam, kita menemukannya dalam Al-Qur'an juga sebanyak dua puluh lima kali. Intinya adalah bahwa mereka sangat mirip dalam kitab ini. Mereka disamakan. Jadi, menindaklanjuti ide ini, saya terus memeriksa indeks, mencari setiap kasus di mana sesuatu yang didirikan sebagai persamaan, dimana yang serupa dengan sesuatu dikatakan serupa dengan beberapa hal lainnya. Dan dalam setiap kasus, ia bekerja. Anda mempunyai contoh dari sebuah ayat yang berbunyi: 

"tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. (QS. Al-Araaf 7:176).

Nah, kalimat dalam bahasa Arab untuk 'orang-orang yang mendustakan ayat Kami' dapat ditemukan dalam Al-Qur'an tepat sebanyak lima kali. Dan juga kata dalam bahasa Arab untuk 'anjing' (al-kalb). Dan ada beberapa contoh dari kejadian yang persis sama. 

Saat itu, beberapa bulan setelah saya menemukan hal tersebut untuk diri saya sendiri, seorang teman saya, yang terus selalu melakukan penelitian bersama saya, membuat saran bahwa ada juga beberapa tempat dalam Al-Qur'an di mana satu hal dikatakan tidak seperti hal lain. 

Begitu ia menyebutkan hal ini kepada saya, kami berdua melihat pada indeks dan dengan cepat dapat melihat pada beberapa tempat di mana pada hal yang dikatakan tidak seperti hal lain dan dihitung keberadaannya dalam Al-Qur'an. Kami kaget dan mungkin tidak seharusnya untuk menemukan bahwa, setelah semua, mereka tidak sama. Tapi hal yang menarik terjadi. Misalnya, Al-Qur'an membuatnya sangat jelas dalam ayat tersebut bahwa perdagangan adalah berbeda dengan bunga/riba. Dua kata ditemukan sebanyak enam kali untuk itu (perdagangan) dan tujuh untuk yang lain (riba). Demikian juga dalam setiap kasus lainnya. 

Ketika satu hal dikatakan tidak seperti yang lain, mereka memiliki jumlah yang berbeda dalam satu waktu. Ini akan menjadi lima disatu pihak dan empat pada yang lain, atau tujuh pada satu tempat dan delapan pada tempat lain.


Kebaikan dan Keburukan

Ada satu ayat yang menarik, yang saya merasa berbicara secara langsung kepada saya dari arah kanan halaman. Ia menyebutkan dua kata dalam bahasa Arab, al-khabiits (keburukan), dan ath-thayyib (kebaikan). Ayat itu berbunyi: 

Katakanlah: "Tidak sama antara yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan." (Al-Maa'idah 5:100).

Ketika saya telah melihat dua kata dalam bahasa Arab, yang buruk dan yang baik dan menemukannya dalam Al-Qur'an bahwa keduanya disebutkan sebanyak tujuh kali. Namun ayat di sini mengatakan bahwa mereka tidak bisa dibandingkan. Saya TIDAK harus berharap untuk menemukan mereka dalam jumlah yang sama. NAMUN apa yang dikatakan di akhir ayat ini? 

"Tidak sama antara yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu" - Dan itu karena ada terlalu banyak dari mereka, dan terus menerus ...

"maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan." - Jadi ingatlah. Gunakan pengetahuan Anda dan Anda akan berhasil. Ini adalah apa yang ayat tersebut katakan kepada saya. Nah, saya menemukan jawabannya pada satu ayat lebih lanjut mengenai ... 

"supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkan-Nya, dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka Jahannam. Mereka itulah orang-orang yang merugi". (QS. Al-Anfaal 8:37).
 
Berikut adalah solusi untuk kesulitan. Sementara kita memiliki tujuh kejadian al-khabiits (kejahatan) yang sama dengan kejadian ath-thayyib (yang baik), menurut prinsip dari ayat tersebut, yang jahat dipisahkan dari yang baik dan ditumpuk satu di atas yang lain menjadi satu kesatuan. Oleh karena itu, kita tidak menganggap mereka (kejahatan) sebagai 7 kasus terpisah.


Terjadinya Kata

Kesulitan favorit, atau kesulitan yang diharapkan, yang kritikus inginkan dalam mengutip tentang Al-Qur'an adalah bahwa - 'Penulis' kitab ini bodoh karena menyarankan umat Islam untuk mengikuti tahun baru Imlek bukannya tahun matahari. 

Para kritikus mengatakan 'Penulis' tidak menyadari perbedaan panjang tahun, bahwa jika kita mengikuti dua belas bulan lunar, seseorang kehilangan sebelas hari setiap tahun. Namun, 'Penulis' sangat menyadari perbedaan antara panjang tahun matahari dan tahun bulan. 

Dalam surah 18, ayat 25: 
Ia menyebutkan 300 tahun dan memberikan mereka sebagai setara 309 tahun. Seperti yang terjadi, 300 tahun SOLAR adalah sama dengan 309 tahun LUNAR. 

Kata Arab untuk 'bulan', syahr ditemukan 12 kali dalam Al-Qur'an. Ada 12 bulan dalam setahun. Jika kami menemukan dua belas bulan, berapa 'hari' kita harus berharap untuk menemukan? Kata 'hari' dalam bahasa Arab adalah yaum, dan seperti yang terjadi Anda akan menemukan bahwa kata itu muncul 365 dalam Al-Qur'an. 

Masalah dasar yang telah membuat saya tertarik untuk mencari jumlah kata bulan dan hari adalah perbedaan antara tahun matahari dan tahun bulan. Nah, selama 25 abad, telah diketahui bahwa posisi relatif matahari, bulan dan bumi bertepatan setiap 19 tahun. Hal ini ditemukan oleh seorang Yunani dengan nama Meton, dan hal itu disebut 'Metonik' siklus. 

Mengetahui hal ini, aku melihat lagi dalam indeks kata 'tahun', sanah dan menemukan, benar saja, terdapat 19 kali dalam Al-Qur'an.


Sempurnanya Saldo Kata

Sekarang, apa pentingnya keseimbangan yang sempurna dari kata-kata? Bagi saya sendiri, hal itu menunjukkan bahwa 'Penulis' sangat menyadari perbedaan antara menggunakan kata-kata dan menyebutkan kata-kata, titik logis yang baik. Tapi lebih dari itu, ini menunjukkan pelestarian 'buku' ini. 

Setelah memberikan kuliah tentang Al-Qur'an, saya menyentuh pada beberapa subyek ini dan memberi kuisioner kepada para peserta, dengan mengatakan: "Bagaimana kita tahu bahwa kita masih punya Al-Qur'an yang asli? Mungkin beberapa bagian telah hilang atau beberapa bagian telah ditambahkan?" 

Saya menekankan kepadanya bahwa kami telah cukup baik dalam membahasnya, sedangkan bagian ini, keseimbangan sempurna dari kata-kata dalam Al-Qur'an, hanyalah untuk mencerahkan generasi sekarang; siapa saja yang akan kehilangan bagian dari buku ini, tersembunyi dari sebagiannya, atau menambahkan beberapa dari mereka sendiri akan tidak menyadari dari kode yang tersembunyi dengan baik dalam buku ini. Mereka akan menghancurkan keseimbangan yang sempurna ini. 

Adalah sangat menarik untuk dicatat juga bahwa, hal seperti itu hanya mungkin dapat disusun dengan menggunakan komputer untuk mengkoordinasikan semua kata-kata, sehingga apapun yang anda pikirkan untuk mengartikan sebuah kalimat atau apapun yang mungkin Anda inginkan untuk menerangkan persamaan suatu kalimat, anda dapat memeriksanya sendiri, dan kitab tersebut akan selalu memiliki keseimbangan kata-kata. 

Jika hal itu dapat dilakukan pada saat ini, jika hal itu mungkin untuk empat belas abad yang lalu, mengapa harus dilakukan dan kemudian membiarkan tersembunyi dan tidak pernah diterangkan untuk menarik perhatian pada mereka yang pertama kali melihat kitab ini? Mengapa hal itu akan dibiarkan dengan harapan bahwa 'Penulis' yang mengusahakan, bahwa mungkin dalam beberapa abad seseorang akan menemukannya dan membuat kejutan yang menyenangkan? Itu adalah skema yang tidak masuk akal.


Penjelasan Terbaik

Kita diberitahu dalam Al-Qur'an bahwa tidak ada daftar pertanyaan yang dapat ditanyakan kepada orang-orang Muslim, tanpa mendapat jawaban yang baik dari jawaban yang belum tersedia maupun tanpa mendapat penjelasan yang terbaik untuk apa pun pertanyaannya. Ayat ini menyatakan:

"Dan mereka tidak datang kepadamu (membawa) sesuatu yang aneh, melainkan kami datangkan kepadamu yang benar dan yang terbaik penjelasannya." (Al-Furqan 25:33) 

Kami melihat kembali pada ke indeks dari Al-Qur'an dan kami menemukan kata, qalu (mereka mengatakan), ditemukan 332 kali. Sekarang, apa yang akan menjadi pendamping alamiahnya? Kata Arab, qul, yang merupakan perintah 'katakan' dan Anda akan menemukan di indeks itu juga terdapat sebanyak 332 kali.


Asal Al-Qur'an

Ada sebuah fitur yang menarik dari Al-Qur'an yang dapat digunakan untuk menjawab berbagai kritik asal muasalnya. Yaitu, tak seorang pun yang belum datang dengan persangkaan dari mana kitab ini berasal, dimana itu bukan merupakan komentar dari kitab ini sendiri.

Faktanya, yaitu dalam The New Catholic Encyclopedia, di bawah judul Al-Qur'an, menyebutkan bahwa selama berabad-abad telah ada banyak teori darimana kitab ini berasal. Ada kesimpulan: hari ini, tidak ada seorang pun yang berakal percaya pada salah satu teori tersebut. Hal ini membuat orang Kristen menemui beberapa kesulitan. Anda lihat, semua teori menyarankan sejauh ini, menurut ensiklopedia ini, tidak benar-benar diterima oleh siapa pun yang berakal pada hari ini. Sungguh fantastis. 

Darimana kitab itu berasal? Mereka yang belum benar-benar meneliti Al-Qur'an biasanya menampik sebagai sesuatu, mereka mengatakan, sebagai kumpulan dari peribahasa atau pepatah, mengatakan bahwa seseorang menggunakannya untuk memberitakan dari waktu ke waktu. Mereka membayangkan bahwa ada seorang pria yang dari waktu ke waktu sepanjang hari, memikirkan beberapa pepatah yang sedikit cerdas lalu 'meludahkannya' dan orang di sekitarnya akan segera menuliskannya dan akhirnya ini semua dikumpulkan dan menjadi Qur'an. 

Mereka yang membaca Al-Qur'an akan menemukan bahwa bukan hal seperti itu sama sekali. Pengumpulan dari berbagai perkataan dari Nabi SAW adalah subyek dan isi dari Hadist. Sedangkan subyek dan isi Al-Qur'an semuanya adalah dalam bentuk dari komposisi dan penjelasan. Sebagai contoh, dalam surah Yusuf, yang merupakan cerita secara detail pada episode tertentu dari salah satu bagian kehidupan satu orang. Ini adalah suatu komposisi. 

Namun hal itu sering digunakan sebagai alasan bagi orang yang telah cukup meneliti Al-Qur'an (dengan maksud untuk menentangnya) yang biasanya merujuk hal itu, dengan mengatakan sebagai produk dari penulisan yang dinyatakan dari Muhamad dan 'co-juri'. Ini seharusnya menjadi orang yang akan duduk bersamanya dan menyusun Al-Qur'an. Anda lihat mereka membayangkan bahwa Al-Qur'an telah disusun oleh suatu komite.

Mereka mengakui bahwa ada terlalu banyak informasi dan itu terlalu baik bila disusun oleh satu orang yang telah menyusunnya. Jadi, mereka membayangkan bahwa sebuah komite dari laki-laki digunakan untuk bertemu secara teratur, membawa berbagai sumber informasi mereka, kemudian diserahkan kepada orang ini dan berkata kepadanya, "Pergilah kepada orang-orang besok, ini adalah wahyu Anda." Dengan kata lain, hal ini merupakan penipuan yang dibuat oleh sekelompok orang. Tapi apa yang kita tahu tentang penipuan? Al-Qur'an mengingatkan kita seperti yang tertulis: 

Katakanlah, "Kebenaran telah datang, dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi" (34:49). 

Sulit untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris secara tepat, tapi apa yang ayat ini katakan kepada kita adalah bahwa kedustaan bukanlah sumber dari sesuatu hal yang baru. Suatu hal yang baru dan kebenaran tidak bisa datang dari kebohongan, dan kepalsuan tidak dapat kembali, dalam pikiran kita maupun fakta-fakta. Kebenaran adalah kesesuaian dengan fakta. Kebohongan adalah sesuatu yang lain. Jadi kebohongan adalah kosong. Jika ada sesuatu yang lahir dari penipuan, tidak akan pernah membawa kita pada informasi baru. Ini tidak akan pernah bertahan, hanya akan runtuh dalam suatu periode waktu.


Menantang

Ayat lain yang menarik adalah tantangan yang ditujukan kepada orang-orang kafir, yaitu:

"Apakah mereka tidak mentadaburi/ merenungkan Al-Qur'an, jika datang dari selain Allah, tentu mereka akan menemukan di dalamnya pertentangan yang banyak." (4:82) 

Berikut ini adalah tantangan untuk pembaca. Jika Anda pikir Anda memiliki penjelasan darimana kitab ini berasal, lihat lagi pada kitab. Tentunya Anda akan dapat menemukan beberapa inkonsistensi untuk mendukung pendapat Anda. 

Bayangkan seorang mahasiswa mengajukan makalah atau ujian akhir dan kemudian menulis di bagian bawah halaman untuk gurunya: "Anda tidak akan menemukan kesalahan dalam tulisan ini, tidak ada kesalahan pada ujian ini." Dapatkah Anda membayangkan guru membiarkan tantangan itu? Guru mungkin tidak akan tidur sampai mengungkap ketidakkonsistenan beberapa saat setelah sebuah tantangan seperti itu. Ini bukan cara manusia berbicara. Mereka tidak menawarkan tantangan seperti itu. Tapi di sini kita memilikinya dalam Al Qur'an, tantangan langsung yang mengatakan: "Jika Anda memiliki ide yang lebih baik darimana kitab ini berasal, inilah semua yang perlu Anda lakukan: "menemukan beberapa inkonsistensi" 

Ada kritikus yang membuat usaha, kritikus yang mencoba mengatakan bahwa Al-Qur'an mengandung inkonsistensi. Sebuah publikasi yang cukup menarik perhatian saya baru-baru ini, adalah bahwa Al-Qur'an dikatakan bertentangan dalam masalah pernikahan, karena dalam satu tempat, mengatakan: "tidak boleh menikah lebih dari satu istri kecuali jika Anda dapat berbuat adil bagi mereka semua," dan dalam tempat lain mengatakan: "Jangan menikah lebih dari empat." Mereka melihat ini sebagai kontradiksi. Apa yang mereka miliki adalah counter-distinction. Dalam satu kasus, kualifikasi untuk menikah lebih dari satu telah diberikan. Dalam kasus lain batasan pada seberapa banyak dapat menikah diberikan. Tidak ada kontradiksi. 

Kritik terlalu cepat dilakukan, memberikan interpretasi, dan kemudian menawarkannya sebagai alasan untuk melarikan diri dari kenyataan dokumen ini. 

Untuk kritik yang akan menyerang Al-Qur'an dan bersikeras mengandung kesalahan, kita dapat menggunakan metode yang sama seperti pada tanggapan kita pada orang Kristen yang mengaku bahwa Yesus adalah pada catatan sebagai mengaku setara dengan Allah. Ingat tiga kategori bukti ditawarkan. Bukti yang ditawarkan tidak cukup, ambigu atau tidak mungkin. 

Anda lihat, jika seseorang mengutip sebuah ayat dari Al Qur'an, mencoba untuk menunjukkan bahwa itu adalah kesalahan, kita hanya perlu menunjukkan bahwa ayat yang dikutip tidak cukup untuk menetapkan adanya kesalahan atau kita perlu menunjukkan bahwa ayat yang dikutip tidak mungkin dapat memiliki interpretasi seperti yang diberikan oleh kritikus. Selalu akan jatuh ke salah satu dari tiga kategori itu.


Mengkaitkan dengan Iblis

Aku punya pengalaman, pada suatu kesempatan, menggambarkan sebagian isi dalam Al-Qur'an kepada orang yang tidak tahu buku yang saya bicarakan. Dia duduk di sebelah saya. Saya hanya bercerita tentang buku itu, apa yang terkandung dan mengatakan bahwa itu bukan Alkitab. Kesimpulannya adalah, buku ini ajaib. Orang ini adalah seorang pendeta dalam Gereja Kristen. Dia berkata, "Ya, buku yang tidak mungkin bisa berasal dari orang itu, oleh karena itu harus datang dari iblis, karena itu bukan Alkitab." 

Tanggapan yang disarankan bagi mereka yang menuduh bahwa kitab ini datang dari setan ada dalam Al-Qur'an, bab dua puluh enam, ayat dua ratus sebelas. Ini menunjukkan bahwa itu tidak pantas untuknya, bukan? Apakah ini adalah cara bagaimana setan menyesatkan orang? Dia mengatakan kepada mereka, jangan beribadah kepada selain Allah, dia memerintahkan kepada mereka untuk berpuasa, bahwa mereka harus melakukan sedekah. Apakah ini cara setan menyesatkan orang? 

Bandingkan sikap orang seperti ini, dengan sikap orang Yahudi yang mengenal Yesus dan menentangnya sampai akhir. Ada sebuah episode diceritakan dalam Alkitab di mana Yesus membangkitkan orang dari kematian, yaitu Lazarus, yang telah mati selama empat hari. Ketika Lazarus keluar dari kubur, hidup lagi, apa yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi yang melihatnya? Apakah mereka tiba-tiba mengatakan bahwa orang ini adalah seorang nabi yang benar dan menjadi orang percaya? Tidak, Alkitab mengatakan bahwa mereka segera membahasnya diantara mereka sendiri "karena orang ini bekerja pada tanda-tanda itu maka semua orang akan percaya kepadanya, karena itu kita harus segera menemukan cara untuk membunuhnya," dan mereka mengaitkan kekuatan ajaib itu kepada setan, dia menghidupkan orang itu dengan kuasa setan. 

Sekarang, orang-orang Kristen yang membaca episode itu akan merasa sangat kasihan pada orang Yahudi yang memiliki bukti jelas, tepat di depan mata mereka, tetapi mengaitkan atribut mukjizat itu kepada setan. Apakah hal itu tidak tampak oleh mereka bahwa mereka mungkin melakukan hal yang sama, ketika kita menggambarkan apa yang kita miliki dalam Al-Qur'an dan alasan terakhir mereka hanya: "Ini berasal dari setan."


Cerita yang Berbeda

Ada orang-orang yang bersikeras bahwa Al-Qur'an disalin, bahwa itu berasal dari sumber-sumber Kristen dan Yahudi. Misalnya, sebuah buku yang diterbitkan dalam beberapa tahun terakhir worshipping the wrong God telah mengatakan, seolah-olah itu adalah kenyataan, bahwa setelah wahyu pertama Al-Qur'an datang kepada Muhammad SAW, bahwa istrinya meninggal dan beliau segera menikah dengan seorang Yahudi dan seorang Kristen, dan ini adalah tempat yang menjadi sumber akhir untuk kitabnya. Yah, mereka memiliki fakta yang sebagian benar. Itu sepuluh tahun setelah wahyu pertama dari Al-Qur'an bahwa istrinya meninggal, dan itu adalah sepuluh tahun setelah itu ketika Al-Qur'an itu hampir selesai beliau menikah dengan seorang Yahudi dan Kristen. 

Apakah beliau menyalin dari sumber-sumber Yahudi dan Kristen? Dalam Al-Qur'an, penguasa Mesir yang menentang Musa dikenal sebagai Fir'aun, bukan Pharaoh. Orang-orang Yahudi dan Kristen selalu mengatakan 'Pharaoh'. Adalah sangat mudah bagi seorang Arab mengatakan 'Pharaoh'. Namun dalam Al-Qur'an, itu adalah Fir'aun, dengan 'n'. Mengapa? Sesungguhnya orang-orang Yahudi harus menggoda mereka tentang hal itu dan berkata: "Anda punya kata yang salah. Ini 'Pharaoh' dan bukan Fir'aun" Tapi mereka bersikeras dan terus seperti itu dalam Al-Qur'an, Fir'aun. 

Apakah kitab ini disalin dari sumber-sumber Kristen? Al-Qur'an menegaskan bahwa Yesus tidak disalib, bahwa ini hanya ilusi, tetapi bahwa orang Yahudi yang mengira mereka menyalibkan Yesus keliru karena benar-benar tidak begitu. Kristen tidak akan menerima dari bagian itu. Seperti yang terjadi, gagasan bahwa Yesus benar-benar tidak disalibkan adalah benar-benar sangat kuno dan dapat ditelusuri kembali ke abad pertama. Tapi orang Kristen yang mempercayai hal itu telah disingkirkan, dieliminasi sebagai bidat dalam dua ratus tahun pertama setelah zaman Yesus dan mereka tidak mengajarkan doktrin ini dimana saja di seluruh Jazirah Arab empat belas abad yang lalu. 

Mungkinkah penulis Al-Qur'an telah menyalin dari sumber Kristen ketika ia mengatakan bahwa Yesus berbicara kepada manusia saat masih bayi (3:46) dan di kemudian hari? Kata Arab yang digunakan menunjukkan bahwa Yesus masih berbicara kepada manusia dan mengajarkan kepada mereka dalam usia empat puluhan. Orang-orang Kristen selalu menyatakan bahwa Yesus telah hilang pada saat dia berusia tiga puluh tiga. Hal ini menunjukkan tidak adanya penyalinan. Bahkan, seorang pria akan menjadi bersikeras dan menekankan pada hal seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur'an dalam menghadapi oposisi Kristen yang mana akan berkata: "Tidak! Tidak! Itu tidak seperti itu. Kami menceritakan kisah berbeda". 


Pembersihan Rumah

Sekarang kita pergi ke perkataan para nabi sendiri, yang merupakan jalan lain yang mengarah ke Islam. Dalam kitab suci Persia, yang telah ada selama ribuan tahun, kita membaca:

"Ketika bangsa Persia harus tenggelam begitu rendah dalam kematian, seorang pria akan lahir di Arabia yang mana para pengikutnya akan meraih tahta, agama dan segalanya. Para penguasa yang sombong akan dikalahkan. Rumah yang dibangun dan di mana banyak berhala ditempatkan akan dibersihkan dari berhala, dan orang-orang akan memanjatkan doa-doa mereka menghadap ke arah itu. Pengikutnya akan menguasai kota-kota di Persia, Entaus dan Balkh, dan tempat-tempat besar lain di sekitarnya. Orang-orang  akan bekerja sama, satu sama lainnya. Orang-orang bijak dari Persia dan lainnya akan bergabung dengan para pengikutnya". (Desature no.14).

Orang Islam menyadari hal ini sangat cepat karena Ka'bah, bangunan yang semua Muslim berkiblat kearahnya dalam berbagai doa sehari-hari, pada suatu waktu pernah penuh dengan berhala dan itu adalah bagian dari misi Muhammad SAW, untuk membersihkan rumah berhala sampai hari ini. Pada generasi berikutnya, setelah masa Nabi, orang bijak dari Persia dan orang lain bergabung dengan pengikutnya.


Seorang Nabi seperti Musa

Dalam Alkitab, dalam Ulangan bab delapan belas, kita memiliki kata-kata dari Musa yang menyatakan bahwa Tuhan mengatakan kepadanya bahwa Dia akan membangkitkan seorang nabi, dari antara saudara-saudara bangsa Israel, seperti Musa. 
 
Kristen akan menerapkan ini kepada Yesus, mengatakan dia adalah nabi seperti Musa. Hal ini tidak nyaman bagi mereka untuk mengakui, bagaimanapun, bahwa Yesus sangat tidak mirip dengan Musa dan Yesus tidak memiliki ayah, istri, tidak punya anak; ia tidak mati karena usia tua, dan ia tidak memimpin sebuah bangsa; semua hal ini dimiliki atau dilakukan oleh Musa. Tetapi mereka bilang, yah, Yesus akan kembali, ia akan kembali sebagai orang yang menang, maka ia akan lebih seperti Musa. Apakah mereka benar-benar berharap dia akan kembali untuk juga memperoleh seorang ayah dan seorang istri dan anak-anak dan kemudian mati karena usia tua? Biasanya tidak. Selain itu, Yesus adalah seorang Israel. Bagian Kitab Suci mengatakan bahwa nabi yang diramalkan akan dibangkitkan di antara saudara-saudara bangsa Israel, bukan dari Israel. 

Dalam bab ketiga dari Kisah Para Rasul, murid Petrus berbicara kepada kerumunan orang dan menjelaskan bahwa Yesus telah diangkat dan dia berada di surga. Dia akan tetap di Surga dan ia tidak dapat kembali sampai semua hal yang dijanjikan oleh Allah telah terjadi. Jadi, apakah kita tetap menunggu, apakah dia memberi tahu orang banyak? Ia mengutip perkataan Musa yang mengatakan: 

"Karena Allah akan membangkitkan seorang nabi dari antara saudara-saudara bangsa Israel seperti Musa" 

Intinya adalah sangat jelas. Kristen ingin melihat nabi ini sebagai Yesus. Tapi bacalah dengan seksama Kisah Para Rasul pada bab tiga, apa yang dikatakannya adalah bahwa Yesus menanti balasan/ keuntungan. Dia tidak akan kembali sampai pemenuhan nubuat ini, yaitu nabi yang lain harus datang. Yesus mengatakan hal itu sendiri, berbicara bahwa Allah akan mengutus 'Paraclete' lainnya. 


Penghibur

Ada banyak argumen arti kata Paraclete ini. Untuk saat ini, hal itu kita kesampingkan. Apa yang dimaksud dengan 'Paraclete'? Tidak masalah. Huruf pertama Yohanes menunjukkan bahwa Yesus adalah 'Paraklete'. Dia disebut 'Paraclete' dan kami memiliki Yesus yang menjanjikan 'Paraklete' lain yang akan dikirim. Kita kehilangan banyak tentang kata 'another' dalam bahasa Inggris karena ambigu. Jika mobil seseorang rusak, dan itu adalah Toyota, dan saya berkata, "Aku akan pergi mendapatkan mobil lain," mungkin maksud saya, "Aku akan pergi dan memberi Anda Toyota lain karena yang satu ini yang Anda miliki telah rusak, "atau mungkin maksud saya," Lupakan Toyota, mereka tidak baik, saya akan pergi dan memberi Anda sebuah Datsun". Ini adalah kata yang ambigu. 

Namun dalam bahasa Yunani membedakan penggunaan kata itu. Ketika yang mereka maksud dari kata 'another/lain' dari jenis yang sama, mereka berkata aloes. Ketika yang mereka maksud 'another/lain' dari jenis yang berbeda, mereka mengatakan heteroes. Yang penting adalah bahwa ketika Yesus, yang dirinya sendiri adalah Paraclete, berkata "Allah akan mengirimkan Paraclete yang lain" dia menggunakan kata aloes, bukan heteroes.

Kristen ingin mengatakan bahwa Paraklete lain ini yang dikirim berbeda dengan Yesus. Bukan seorang pria, itu adalah roh. Apa yang Yesus katakan adalah: Tuhan akan mengirimkan satu lagi yang lain seperti saya, seorang pria lain "umat Islam percaya bahwa Muhammad adalah pemenuhan nubuat oleh Yesus ini. Al-Qur'an mengatakan bahwa orang ini disebutkan dalam kitab suci orang Yahudi dan Kristen. (lihat surah 7:157). 

Pandangan Kristen dalam mengharapkan kedatangan Yesus adalah karena kesalahpahaman Yahudi. 'Mesias' dan 'Anak Manusia' telah diberikan makna khusus oleh orang-orang Yahudi, meskipun mungkin orang dipanggil dengan nama yang sama dalam Bibel. Orang-orang Yahudi mengharapkan pemimpin yang menjadi pemenang. Ketika Yesus tidak cukup untuk apa yang banyak mereka harapkan, mereka melahirkan gagasan bahwa ia akan kembali suatu hari dan memenuhi semua nubuat.


Pengikut Yesus

Misalkan bahwa seseorang mengamati Yesus dua ribu tahun yang lalu, dan dia meninggalkan planet ini, atau ia pergi tidur selama dua ribu tahun dan pada hari ini ia kembali untuk mencari para pengikut Yesus, siapa yang akan ia temukan? Siapa yang akan dikenali oleh dia? Orang Kristen? 

Pikirkanlah: Alkitab mengatakan dengan sangat jelas bahwa Yesus melakukan puasa. Apakah orang Kristen berpuasa? Muslim berpuasa; bahkan wajib selama satu bulan pada setiap tahun. Alkitab mengatakan bahwa Yesus berdoa dengan menyentuh dahinya ke tanah. Apakah orang Kristen berdoa dengan cara ini? Muslim melakukannya. Ini adalah karakteristik dari doa mereka dan tidak ada seorang pun di dunia yang mungkin tidak tahu tentang fakta itu.

Menurut Yesus, ia mengatakan kepada para muridnya untuk menyapa satu sama lain dengan ungkapan, "Damai sejahtera bagi kamu." Apakah orang Kristen melakukan hal itu? Muslim lakukan, secara universal, bagi mereka yang berbicara dalam bahasa Arab maupun tidak. Salam untuk satu ke yang lain adalah Assalamu'alaikum.

Saudara Yesus dalam kitab Yakobus, menyatakan bahwa tidak boleh seorang pun yang akan melakukan apa yang direncanakan untuk beberapa hari ke depan dengan cara apapun tanpa menambahkan kalimat "jika Allah menghendaki." Jangan katakan "Aku akan pergi ke sana-sini melakukan ini dan itu" tanpa menambahkan kalimat "insya Allah." Apakah orang Kristen melakukan itu? Muslim lakukan, apakah mereka berbicara bahasa Arab atau tidak. Jika mereka sangat berharap begitu banyak bahwa mereka akan ke pusat kota untuk memperoleh beberapa bahan makanan, mereka akan menambahkan Insya-Allah, yang berarti, "Jika Allah menghendaki."

Ini kesimpulan dari pengetahuan saya mengenai hal ini. Semoga Allah membimbing kita selalu dekat dengan kebenaran. [!].