Nakba & Israel Raya


Al-Nakba adalah hari dimana 750.000 Penduduk Palestina diusir (atau dibantai) dari tanah airnya, kampung halamanannya oleh para Zionis Yahudi yang migrasi dari berbagai negara  untuk membuat sebuah negara Ekslusif bagi etnis Yahudi: the Jewish State-Israel. Sebuah negara yang tidak mengenal atau menyembunyikan batas wilayahnya- dengan tujuan akhir membentuk Israel Raya yang menembus batas berbagai wilayah negara tetangganya. 




Faktor yang terlibat dalam pengusiran termasuk banyaknya bantuan pada militer Yahudi dari negara sponsor, serangan terhadap desa-desa Palestina dan ketakutan terulangnya peristiwa pembantaian Deir Yassin, dan paling utama adalah pengusiran atas perintah otoritas Zionis. Kemudian disusul dengan serangkaian hukum yang disahkan oleh pemerintah Israel, yaitu melarang mereka kembali ke rumah mereka, atau mengklaim milik mereka. Mereka dan sampai anak cucu keturunan mereka tetap menjadi pengungsi dan dilarang untuk kembali sampai saat ini. Bahkan masuk dalam klausul perundingan yang diajukan Israel yakni melarang kembalinya para pengungsi Palestina seandainya Negara Palestina benar-benar telah merdeka, menjadi negara berdaulat lepas dari penjajahan oleh Israel. 

Dan apakah Israel benar-benar mau berunding untuk kemerdekaan Palestina? 

Hm.. sebagaimana posisi Zionisme "Alkitab adalah mandat kami", di Alkitab yang sama juga tertulis: "dan YAHWEH, Tuhanmu, telah menyerahkan mereka kepadamu, sehingga engkau memukul mereka kalah, maka haruslah kamu menumpas mereka sama sekali. Janganlah engkau mengadakan perjanjian dengan mereka dan janganlah engkau mengasihani mereka." (Ulangan 7:2).

----------

"Alkitab adalah mandat kami", kata David Ben-Gurion, politisi Zionis paling terkenal di abad 20, kepada Lord Peel’s Royal Commission pada tahun 1936. Konsep geografis visioner Eretz Yisrael Ha'Shlema (dari sungai Nil sampai Eufrat) adalah fundamental bagi ideologi Ben-Gurion. Itulah posisi Zionisme.

Mereka menggunakan klaim presents scripture as making unconditional menyajikan "tulisan suci" sebagai dibuat tanpa syarat, janji literal mengacu kepada hal spesifik, dan wilayah teritorial yang diidentifikasi untuk orang Israel. Teks seperti berikut dikutip untuk mendukung pandangan ini: 
  • Kejadian 12:07 "Untuk keturunanmu Aku akan memberikan tanah ini." (Semua terjemahan berasal dari New Revised Standard Version.)
  • Kejadian 13:15 -17 "Untuk semua tanah yang kamu lihat, Aku akan memberikan kepadamu dan keturunanmu untuk selamanya. Aku akan membuat keturunanmu seperti debu tanah... jalanilah sepanjang dan luasnya tanah, karena Aku akan memberikannya kepadamu. "
  • Kejadian 15:18-21 "Pada hari itu TUHAN membuat perjanjian dengan Abram, berfirman, "Untuk keturunanmu Aku berikan tanah ini, dari sungai Mesir sampai ke sungai besar, sungai Efrat ... '"
  • Kejadian 17:7-8 "Aku akan meneguhkan perjanjian-Ku antara Aku dan kamu, dan keturunanmu setelah dirimu ... untuk perjanjian yang kekal, supaya (Aku) menjadi Tuhan untukmu dan keturunanmu. Dan Aku akan memberikan ... tanah di mana kamu sekarang menjadi orang asing, seluruh tanah Kanaan, menjadi milikmu selamanya." 
Ayat-ayat tersebut mengandung janji Tuhan untuk memberikan tanah tersebut kepada Abraham dan keturunannya. Tidak ada klausul 'asalkan ...' atau 'sampai ...' di dalamnya. Mereka membaca untuk menunjukkan bahwa Tuhan menjanjikan tanah kepada "Israel" tanpa syarat. Dan hanya "Israel", Yahudi saja yang harus dianggap sebagai keturunan Abraham, sebuah rasisme olahan para penulis PL. Sebuah rasisme yang juga dianggap sebagai sebuah "kebenaran" oleh sebagian orang Kristen.

Dari awal abad ke-19, beberapa orang Kristen berpengaruh mendorong ide-ide (Zionisme) ini. Adat istiadat zaman kolonial dan imperial merasuki semua aspek kehidupan, termasuk Gereja Skotlandia. Ini mungkin yang menjadikan Kirk minister, Rev Alexander Keith, menciptakan slogan "tanah tanpa manusia, bagi orang-orang yang tidak memiliki tanah." 

Pandangan tentang tanah Palestina yang lahir tahun 1840-an ini terkait dengan pandangan literalistik atas nubuat Perjanjian Lama yang dianggap terpenuhi dan sikap luas kolonialisme Eropa bahwa tanah adalah 'kosong' jika kekuasaan dan budaya barat tidak hadir. Sikap tersebut berasal dari 7th Earl of Shaftesbury’s evangelical circle dengan mimpi untuk memulihkan orang-orang Yahudi ke Tanah Suci. Hal ini pada gilirannya menyebabkan adanya Deklarasi Balfour pada tahun 1917, ketika Pemerintah Inggris menyetujui kebijakan sebuah tanah air Yahudi di Palestina. Sebuah sikap yang bertentangan dengan pemikiran kita hari ini, yang diterima secara luas, ungkap para penyusun The Inheritance of Abraham.

Menurut pendiri Zionisme Theodore Herzl, "wilayah negara Yahudi membentang: "Dari sungai Mesir sampai Eufrat." Juga menurut rabi Fischmann, "the promised land meluas dari sungai Mesir sampai ke sungai Eufrat, itu termasuk bagian dari Suriah dan Lebanon."

Bila dilihat dalam konteks saat ini, perang di Irak, perang 2006 di Lebanon, tahun 2011 perang Libya, perang yang sedang berlangsung di Suriah, belum lagi proses perubahan rezim di Mesir, harus dipahami dalam kaitannya dengan Rencana Zionis untuk Timur Tengah. Yang terakhir ini dalam rangka melemahkan dan akhirnya memecah negara-negara Arab  sebagai bagian dari proyek ekspansionis Israel." 

"Israel Raya" berada dalam sebuah bidang memanjang dari Lembah Nil hingga Eufrat. Proyek Zionis mendukung gerakan pemukiman Yahudi. Lebih luas melibatkan kebijakan untuk mengecualikan Palestina dari Palestina menuju aneksasi yang pada akhirnya baik di Tepi Barat dan Gaza untuk negara Israel." 


Israel Raya akan menciptakan sejumlah negara proxy. Ini akan termasuk bagian dari Libanon, Yordania, Suriah, Sinai, serta sebagian dari Irak dan Arab Saudi. (Lihat peta)." 

Menurut Mahdi Darius Nazemroaya di 2011 dalam artikel Global Research, Yinon Plan merupakan kelanjutan dari desain kolonial Inggris di Timur Tengah: "[Yinon Plan] adalah rencana strategis Israel untuk memastikan keunggulan regional Israel. Ini menegaskan dan menetapkan bahwa Israel harus mengkonfigurasi ulang lingkungan geo-politik melalui Balkanisasi negara-negara Arab sekitarnya menjadi negara-negara kecil dan lemah."

Strategi Israel melihat Irak sebagai tantangan strategis terbesar mereka dari negara Arab. Inilah sebabnya mengapa Irak diuraikan sebagai pusat Balkanisasi Timur Tengah dan Dunia Arab. Di Irak, atas dasar konsep Yinon Plan, ahli strategi Israel telah menyerukan pembagian Irak menjadi sebuah negara Kurdi dan dua negara Arab, satu untuk Muslim Syiah dan yang lainnya untuk Muslim Sunni. Langkah pertama menuju pembentukan ini adalah perang antara Irak dan Iran, yang dibahas dalam Yinon Plan

Dalam The Atlantic (tahun 2008) dan Journal militer Angkatan Bersenjata AS (tahun 2006), keduanya mempublikasikan secara luas suatu peta yang diikuti garis besar Rencana Yinon. Selain Irak dibagi, seperti yang diserukan dalam Biden Plan, Yinon Plan juga menyerukan untuk membagi Lebanon, Mesir, dan Suriah. Pemecahan dari Iran, Turki, Somalia, dan Pakistan itu semua juga sejalan dengan pandangan ini. Yinon Plan juga menyerukan pembubaran di Afrika Utara dan prakiraan dimulai dari Mesir, kemudian menyusul ke Sudan, Libya, dan wilayah lain...  

Must Read: 
>
Al-Nakba
> Al-Nakba the Catastrophe
> Palestinians Uncover Nakba Mass Graves
> "Greater Israel": The Zionist Plan for the Middle East
> Israel coined the term "Nakba" and is still implementing it
> The Inheritance of Abraham? A report on 'promised land' 

Tidak ada komentar: