Samir Nasri: Go Study Islam!


Samir Nasri, pemain gelandang Manchester City, memberikan nasehat terkait agama Islam yang dirinya juga sebagai seorang Muslim. Ia menyarankan agar seseorang yang ingin belajar atau 'menilai' tentang Islam supaya mempelajari agama Islam dengan sungguh-sungguh, bukan hanya 'mempelajari' Muslim. 

Dalam gambar yang diunggah di istagram melalui sn8_official tertulis kutipan perkataan Samir Nasri: "If you want to learn about Islam, go study Islam, don't study the Muslims!" 

Samir Nasri dengan piala juara Barclays Premier League
Memang benar apa kata punggawa Les Bleus ini, jika seseorang ingin belajar atau 'menilai' Islam, jangan sekedar menilainya dari perilaku seorang penganut agama Islam. Apalagi bila yang 'dinilai' maupun cara 'menilainya' sekedar dari pemberitaan media massa yang memang selama ini cenderung memberi informasi bias, tidak adil tentang Islam dan Muslim, terlebih media massa dari kelompok industri Islamophobia dan yang terang-terangan anti Islam. Dan tidak bisa dipungkiri pula adanya beberapa individu muslim yang bertindak menyedihkan atas dasar minimnya ilmu tentang Islam. Insya Allah, inilah konteks dari pernyataan saudara Samir Nasri melihat beberapa kejadian terakhir ini, sehingga ada beberapa individu dengan atribut Islam yang justru mesti diabaikan, diantara begitu banyak umat Islam yang hidup saat yang bisa dijadikan teladan (termasuk saudara Samir Nasri sendiri) untuk bisa memahami dengan benar tentang agama Islam. Dan mesti diingat bahwa tiada seorang pun yang sempurna, kecuali Uswatun Hasanah Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

Benar pula perkataan SN8: "Islam is perfect, Muslims are not. Don't get confused!

Islam adalah agama yang sempurna: lengkap menyeluruh, sempurna mencakup seluruh aspek yang diperlukan dalam hidup dan kehidupan, baik aqidah, ibadah, akhlak, syariah, dan seluruh hal yang berkaitan, sebagai panduan hidup, way of life bagi orang beriman yang berlaku secara universal ditujukan bagi umat manusia secara keseluruhan dan sepanjang zaman.

-----
Terkait dengan kesempurnaan agama Islam, Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai Pencipta seluruh manusia di mana kita semua manusia tanpa terkecuali akan kembali kepada-Nya, juga telah menyatakan dalam firman-Nya (yang artinya:) "Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu." (QS. Al-Maa'idah 5:3). 

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah (wafat th. 774 H) menjelaskan ayat tersebut:
"Ini merupakan nikmat Allah Azza wa Jalla terbesar yang diberikan kepada umat ini, tatkala Allah menyempurnakan agama mereka. Sehingga, mereka tidak memerlukan agama lain dan tidak pula Nabi lain selain Nabi mereka, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla menjadikan beliau sebagai penutup para Nabi dan mengutusnya kepada seluruh manusia dan jin. Sehingga, tidak ada yang halal kecuali yang beliau halalkan, tidak ada yang haram kecuali yang diharamkannya, dan tidak ada agama kecuali yang disyari'atkannya. Semua yang dikabarkannya adalah haq, benar, dan tidak ada kebohongan, serta tidak ada pertentangan sama sekali. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla

 وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا 
"Dan telah sempurna kalimat Rabb-mu (Al-Qur'an), (sebagai kalimat) yang Benar dan Adil ..." (Al-An'aam: 115). 

Maksudnya Benar dalam kabar yang disampaikan, dan Adil dalam seluruh perintah dan larangan. Setelah agama disempurnakan bagi mereka, maka sempurnalah nikmat yang diberikan Allah sesuai QS. Al-Maaidah 5:3 tersebut."

Maka ridhailah Islam untuk diri kalian, karena ia merupakan agama yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla. Karenanya Allah mengutus Rasul yang paling utama dan karenanya pula Allah menurunkan Kitab yang paling mulia (Al-Qur-an).
Mengenai firman-Nya: اَلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ 

"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu." 

Ali bin Abi Thalhah berkata, dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu anhuma, "Maksudnya adalah Islam. Allah telah mengabarkan Nabi-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam dan orang-orang yang beriman bahwa Allah telah menyempurnakan keimanan kepada mereka, sehingga mereka tidak membutuhkan penambahan sama sekali. Dan Allah Azza wa Jalla telah menyempurnakan Islam sehingga Allah tidak akan pernah menguranginya, bahkan Allah telah meridhainya, sehingga Allah tidak akan memurkainya, selamanya."

Asbath mengatakan, dari as-Suddi, "Ayat ini turun pada hari 'Arafah, dan setelah itu tidak ada lagi ayat yang turun, yang menyangkut halal dan haram. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kembali dan setelah itu beliau wafat."


Mengenai ayat Al-Maaidah ini pula, Thariq bin Syihab berkata:
"Ada seorang Yahudi yang datang kepada Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu, lalu berkata, 'Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya kalian membaca sebuah ayat dalam kitab kalian. Jika ayat tersebut diturunkan kepada kami, orang-orang Yahudi, niscaya kami akan menjadikan hari itu (hari turunnya ayat itu) sebagai Hari Raya.' 'Ayat yang mana?' tanya Umar Radhiyallahu anhu. Orang Yahudi itu berkata, 'Yaitu firman-Nya:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
'… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu ...' [Al-Maa-idah 5:3]
 
Maka 'Umar Radhiyallahu anhu berkata, 'Sesungguhnya aku telah mengetahui hari dan tempat ketika ayat itu turun kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Diturunkannya ayat itu kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu di 'Arafah pada hari Jum'at.'"


-----
Adapun Muslim, sebagai seorang manusia tidak akan terlepas dari tingkat pengetahuan, tingkat keimanan dan tidak terlepas pula dari sifat manusiawi yang kadang lupa atau bahkan terkadang memperturutkan hawa nafsu atau kehendak bebas yang dimilikinya seiring naik-turunnya keimanan. Itu semua bermuara menjadi 'nilai' dirinya dimata orang lain, bahkan juga di hadapan Allah sebagai bagian dari ujian terhadap orang-orang yang beriman: "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, 'Kami telah beriman', dan mereka tidak diuji?" (QS. Al-Ankabut 29:2).

Namun bagaimanpun: قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
"Sungguh beruntung orang-orang yang beriman ... " seperti dijelaskan dalam surah Mu'minuun 23:1-11.

Dan sangat jelas pula bahwa: 
"Sungguh, Allah tidak akan menzalimi seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan jika ada kebajikan (sebesar dzarrah), niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan pahala yang besar dari sisi-Nya." (QS. An-Nisaa' 4: 40

"Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, niscaya ia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah, niscaya akan melihat (balasan)nya pula." (QS. Az-Zalzalah 99:7-8). 

"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya sedikit pun." (QS. An-Nisaa' 4:124).

Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu

Nah! Tinggal bagaimana perbuatan baik yang sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui firman-Nya dan melalui Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Jangan sampai keliru dengan melakukan apa yang dianggap baik menurut diri sendiri, tetapi ternyata keliru menurut syariah Islam, sehingga justru merugikan dirinya, orang lain dan bahkan mencoreng citra Islam. 

Tentu kita semua mesti belajar sebelum bertindak atau beramal... dan bersyukur bila akhirnya menjadi Muslim yang bisa menjadi teladan orang terdekat dan lingkungan, sehingga tidak terjadi konflik bathin dalam berdakwah ataupun menegakkan amr ma'ruf nahi munkar. 


Akhir kata, jadilah muslim yang selamat... dan lebih bersabarlah... menghadapi segala problematika kehidupan dan melihat ketidakadilan di dunia ini. Ok my bro..n sister!

Wassalam... wa Allaahu 'Alam!

Tidak ada komentar: