Sumanto, engkau memang pernah berbuat salah… merayap, dimalam pekat…
jauh dari keramaian
Kau nikmati… daging mati
Kau sembunyi… kau lari… kau sembunyi… lari lagi
Dan kini telah kau sadari… kau insyafi
Karena itu aku salut padamu
Semoga Allah merahmatimu
Tetapi… sungguh ironi
Lihat sekitar kita kini…
Begitu besar kekejian manusia dipertontonkan, dibanggakan… diagungkan
Sungguh engkau tidak seberapa Sumanto… saat itu kau sendiri, tersembunyi dimalam sunyi… gelap sekali
Tetapi mereka bahkan beramai-ramai, dari pagi sampai sore, dari sore sampai pagi-dalam ruang terang benderang !
Sungguh engkau tidak seberapa Sumanto… yang gelisah, merasa berdosa-jauh dari Yang Maha Kuasa
Tetapi mereka bahkan bangga melakukannya, sebagai rutinitas yang katanya bahkan menghapus dosa dan menyatu dengan Yang Kuasa.
Sungguh engkau tidak seberapa Sumanto… saat itu engkau melakukannya karena minimnya pengetahuan tentang Tuhan.
Tetapi mereka bahkan melakukannya karena merasa sangat tahu tentang Tuhan. Iya benar Sumanto… karena yang mimpin prosesi harus setingkat proffesor, doktor atau minimal sarjana ketuhanan.
Sekali lagi, sungguh engkau tidak seberapa Sumanto… yang merasa pernah berbuat dosa, yakni melanggar perikemanusiaan
Tetapi mereka bahkan secara rutin dengan sadar, begitu konsentrasi-khusyu' sekali, ... melanggar perikemanusiaan bahkan melanggar periketuhanan !
Iya benar Sumanto… karena mereka senang sekali… makan…"manusia tuhan"
Salut untukmu Sumanto*
Ternyata engkau lebih baik dari mereka.
*Sumanto adalah eks pelaku kanibal
ia sudah tobat, menjadi sadar, tidak melakukannya lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar